Rabu, 02 Maret 2016

Jangan Sia-Siakan Waktu Yang Ada Di Setiap Detiknya



Jangan sia-siakan waktu yang ada di setiap detiknya - Sejak manusia tercipta di rahim, berkembang, kemudian lahir di dunia, seakan manusia dilempar kepada waktu. Perguliran waktu ini telah menjadi bagian dari hidup yang menyelubunginya. Hakekat waktu sebenarnya adalah sesuatu yang abstrak, atau tidak terlihat indra. Maka untuk mempermudah dipenggal-penggallah menjadi satuan-satuan tertentu. Bagian terkecil adalah detik.
Kumpulan enam puluh detik berupa menit. Akumulasi enam puluh menit yaitu jam. Hari adalah rentetan dua puluh empat jam. Lalu minggu, bulan, tahun, dan seterusnya.

Dengan munculnya inisiatif penggalan- penggalan waktu maka sederet aktifitas manusia jadi terukur. Program-program pendidikan, rencana target kerja, dan planning kehidupan berumah tangga jadi mudah terjadwal. Bisa dibayangkan jika tidak ada temuan detik, hari, dan tahun ini. Jika seseorang membuat janji membayar hutang, tidak ada patokan waktu yang bisa disepakati. Kapan mahasiswa mulai masuk kuliah, nihil juga acuan waktunya. Manusia hidup dalam jadwal yang abstrak, dan kondisi ini bisa jadi kekacauan terparah manusia.

Jangan sia-siakan waktu : Pemanfaatan detik

Untuk menghormati waktu, jangan bayangkan berapa jam atau berapa hari yang telah terbuang percuma. Karena besaran satuan waktu ini bisa menyebabkan seseorang jadi mudah meremehkannya. Tapi ingatlah berapa detik yang telah tersia-sia. Jika seseorang bermain game online satu jam, berarti telah melempar 3600 detik! Jika dua jam, berarti 7200 detik!

Tentu saja untuk menghormati waktu ini di samping melihat satuan terkecil detik, juga perlu diingat bahwa waktu pada hakikatnya memanjang lurus, bukan melingkar. Manusia terus berjalan pada jalan panjang waktu ini, tidak bisa kembali lagi. Maka setiap waktu yang sudah dijalani, baik yang termanfaatkan maupun tersia-siakan, tidak bisa diambil ulang. Waktu adalah sekali pakai, habis itu selesai.

Tidak ada manusia yang bisa merasakan berharganya waktu kecuali orang-orang padat aktifitas. Baik untuk kesibukan kerja duniawi maupun kegiatan ibadah persiapan akhirat. Pada orang semacam ini waktu seakan berjalan terlampau cepat. Sebentar-sebentar melihat detik yang melesat berlari, sementara masih banyak agenda yang belum tertunaikan. Maka tidak heran jika seorang ulama Jamaluddin al-Qasimi dalam kitab Dzikrayaat berkata: “jika saja waktu bisa diperjual belikan, sungguh akan aku beli waktu mereka itu.” Hal ini beliau ungkapkan ketika melewati sekumpulan pemuda yang suka berfoya-foya dan membuang waktu produktifnya. Sementara sebagai muslim sebenarnya kewajiban yang mesti ditunaikan lebih banyak dari waktu yang tersedia.

Sedang untuk orang umum, hanya sesekali saja bisa merasakan betapa berharganya setiap detik yang terlewat. Misalnya ketika menghadapi ujian penting, sementara waktu yang tersedia tinggal sebentar saja. Atau wiraswastawan yang tengah terjebak di kemacetan jalan, sementara dia telah membuat janji bertemu klien pentingnya. Atau orang tua yang memiliki anak kondiri sakit kritis, sementara ambulan yang akan membawanya ke rumah sakit mogok di jalan. Benar-benar terasa berharga setiap detiknya.

Jangan sia-siakan waktu : Perbandingan Waktu Dunia dan Akhirat

Jangka waktu hidup manusia di akhirat adalah tidak terbatas. Jika bernikmat-nikmat di surga maka untuk selamanya, dan kalau terbakar bara azab di neraka juga bisa selamanya, kecuali orang yang diampuni dan dialihkan ke surga. Jika manusia dirata-rata hidup di dunia selama 60-an tahun, kemudian dibandingkan dengan kekekalan akhirat tentu umur manusia sangatlah singkat.

Dengan hitung-hitungan pendekatan al-Quran, kita akan bisa dapatkan gambarannya. Mengacu pada firman Allah swt: “Dia menggatur urusan dari langit ke bumi, kemudian urusan itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.”(QS. As-Sajadah: 5).

Tergambar bahwa satu hari di akhirat sama dengan 1000 tahun di dunia.  Atau dengan kata lain 24 jam akhirat sepadan dengan 1000 tahun dunia. Jika dihitung berarti 1,5 jam akhirat selevel dengan rata-rata usia manusia 62,5 tahun dunia! Bayangkan, sesingkat 1,5 jam saja. Waktu sependek itu yang menjadi penentu surga atau neraka kelak. Masa yang terlampau singkat sebagai penentu hasil akhir yang teramat besar. Maka setiap detik yang dilalui manusia amatlah berharga.

Dalam perbandingan lain, orang  bijak Jawa sering mengatakan: “urip mung koyo mampir ngombe” (hidup seperti singgah minum). Hanya “meneguk air” sebentar, untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke akhirat. Dalam nasihat hadis, Rasulullah saw bersabda: “jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang asing atau pengembara” (HR. Bukhari). Singkat, setiap detik begitu mahal, maka jangan pernah disia-siakan.

Allahu a’lam bisshawab

(gambar: pixabay.com)

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar