Kamis, 03 Maret 2016

Cara Supaya Shalat Bisa Khusyu (3) Bayangkan Shalat Terakhir Dan Yakin Kelak Bertemu Allah




Cara Supaya Shalat Bisa Khusyu : Bayangkan Sebagai Shalat Terakhir


Ketika seseorang shalat, kemudian membayangkan bahwa kematiannya telah dekat, bahkan bisa jadi saat itu adalah saat terakhir kali dia mampu mengerjakan shalat, maka dia akan bersungguh-sungguh menunaikan rukun Islam kedua itu. Dia akan khusyu, bahkan tidak memedulikan lagi dunia. Sebab kematian memang sesuatu yang ditakuti manusia. Mengingatnya, membuat orang jadi bersungguh-sungguh dalam menyempurnakan ibadah, termasuk dalam ibadah shalat khusyu. Karena itulah Rasulullah Saw memberi nasehat,

“saat shalat maka ingatlah mati, sebab jika seseorang ingat mati maka dia akan berupaya untuk bersungguh-sungguh menyempurnakan shalatnya. Dan kerjakanlah shalat seolah-olah engkau tidak bisa lagi mengerjakan shalat sesudah itu.”

Allah memang sengaja merahasiakan datangnya kematian. supaya manusia selalu waspada setiap saat, rakus beramal baik setiap punya kesempatan, menjauhi dosa setiap waktu. Kalau saja kematian itu sudah diketahui manusia, tentu dia akan bersenang senang sepanjang hidupnya, mengabaikan ibadah bahkan shalat, sebab bersandar pada akhir hidup saja. Dalam arti ketika masa kematian telah dekat saja dia akan memohon ampun atas dosanya, sungguh-sungguh beribadah, untuk mendapat husnul khatimah.

Tapi pada kenyataannya memang tidak bisa demikian. Kematian dibuat begitu rahasia. Kematian datang setiap waktu tanpa bisa diprediksi manusia tercerdas sekalipun. Supaya tidak ada manusia yang meremehkan amal ibadah sepanjang hidupnya, untuk mengambil momen akhir hayatnya saja berada dalam kebaikan.

Dalam kajian ilmu agama, kematian yang datang secara tiba-tiba ini menjadi alamat atau tanda-tanda kiamat. Artinya semakin dekat dengan hari akhir, akan semakin banyak kematian yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa diduga sebelumnya.

Bahkan Imam Bukhari dalam buku hadis shahihnya membuat sebuah bab tersendiri dari kematian mendadak ini. Beliau menulis yang jika diterjemahkan,  Bab Kematian Yang Datang Tiba-Tiba”.

Kematian, itulah rahasia Allah. Tidak ada orang yang mampu memastikan kapan datangnya. Jika dia datang tiba- tiba, mau tidak mau kita harus siap. Tidak ada yang bisa mencegahnya. Orang terkuat, terkaya, berkedudukan tinggi, hanyalah punya pengaruh dalam interaksinya dengan manusia di dunia. Namun menghadapi makhluk lain yang bernama Malaikat Izrail, tidak menjadi penghalang sedikitpun bagi malaikat yang ditakuti manusia itu untuk mencabut kehidupannya.

“ sesungguhnya kematian akan semakin mendekati kita sementara dunia akan semakin meninggalkan kita.” Kata Ali bin Abi Thalib. “maka jadilah orang yang mempersiapkan diri untuk akhirat dan bukan untuk dunia. Sesungguhnya saat ini adalah saatnya untuk beramal belum perhitungan amal, dan besuk adalah saatnya perhitungan amal tidak berkesempatan  lagi beramal.”

Pernyataan Ali ini mengingatkan kita untuk memperbaiki diri dalam beramal, termasuk ketika shalat supaya khusyu’. Sebab tidak ada yang bisa menjamin orang masih akan bernafas sesudah shalat. Jangankan selesai shalat, sebelum selesai, yaitu ketika baru mengucapkan takbiratul ihram pun tidak ada orang yang berani memastikan kelangsungan hidupnya.

Kematian tak terduga datangnya. Jika kita belum yakin dengan kedatangan maut yang tak dinyana ini, silakan perhatikan orang-orang di sekeliling kita. Saya pernah melihat berita di televisi tentang serombongan orang yang bertakziah ke tetangga desa, sebab ada orang yang baru meninggal. Seingat saya, satu rombongan itu berjumlah lebih dari sepuluh orang. Untuk sampai ke sana mereka harus menyeberangi sungai yang cukup lebar dan dalam dengan menggunakan perahu penyeberangan. Jembatan permanen memang belum dibangun sehingga terpaksa mereka memakai sarana tradisional itu. Setelah takziyah, mereka balik pulang. Otomatis mereka harus melewati sungai menyeramkan itu lagi. Dan kali ini musibah datang. Perahu yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan, hingga tak lama kemudian karam. Banyak diantara pentakziyah ini yang tenggelam tidak mampu berenang. Mereka meninggal.

Maka siapa yang menyangka dengan datangnya kematian yang begitu cepat ini? Mereka pergi dari rumah bermaksud untuk ikut berbela sungkawa atau bertakziyah atas kematian orang lain. Tapi kini mereka yang harus ditakziyahi oleh para tetangganya.

Inilah kematian yang penuh rahasia itu. Kematian seumpama malaikat maut telah menodongkan pistol di kepala kita. Tinggal menunggu aba-aba dari Allah kapan menarik pelatuknya.

Maka dengan melihat uraian kematian tak terduga ini, tidak ada satupun yang bisa menjamin bahwa kita akan hidup lama. Bisa jadi setelah shalat kita langsung bertemu malaikat maut. Atau bahkan bisa jadi nyawa terenggut di tengah-tengah kita mengerjakan shalat itu. Maka ingatlah kematian, sebab kematian memang sebaik- baik peringatan, pemutus angan- angan duniawi, dan sarana kesungguhan ibadah shalat. Sehingga seorang hamba bisa khusyu’ dalam shalatnya.

Cara Supaya Shalat Bisa Khusyu : Keyakinan kelak bertemu dan kembali kepada Allah


Sebagai orang beriman, orang yang shalat yakin bahwa kelak setelah mati dia akan bertemu dengan Allah untuk mempertanggung jawabkan kualitas shalat yang dia laksanakan. Peristiwa mendebarkan inilah yang menjadikannya berupaya mengoptimalkan nilai shalat, dengan gerakan dan bacaan yang baik, serta dengan menjaga kekhusyu’an. Di dalam al-Quran Allah menjelaskan hubungan antara keyakinan pertemuan dengan Allah ini dengan kekhusyu’an shalat.
Allah berfirman, “meminta tolonglah dengan perantaraan sabar dan shalat, dan sesungguhnya demikian itu berat terkecuali bagi orang-orang yang khusyu. Yaitu orang-orang yang meyakini bahwa dia akan menemui Rabbnya dan kelak akan kembali kepada-Nya..” (QS. Al-Baqarah: 45-46)

Jadi di ayat ini dijelaskan penyebab orang khusyu’ dalam shalatnya, yaitu karena keyakinan yang mendarah daging, bahwa hidupnya kelak akan sampai pada tahap pertemuan dengan Allah, kembali pada-Nya, untuk menghadapi saat-saat hisab atau perhitungan amal.

Memang demikianlah, pertemuan dan hisab itu adalah sesuatu yang pasti. Semua manusia akan menghadapinya. Tidak ada satu makhluk berakalpun yang sanggup menghindarinya. Itulah saat-saat paling menakutkan dalam sejarah kehidupan manusia. Selama di dunia ini, peristiwa paling mengerikan apapun yang pernah kita alami tidak akan sebanding dengan saat hisab di akhirat ini. Sebab perhitungan amal ini akan menjadi penentu bahagianya kita dengan mendapat anugerah kenikmatan surga, maupun celakanya kita dengan diazab di neraka.

Termasuk juga yang akan diperhitungkan dengan teliti di sini adalah amal shalat. Karena shalat merupakan rukun Islam yang harus dikerjakan, tidak bisa ditawar-tawar. Melalaikannya adalah dosa besar. Bahkan di dalam al-Quran banyak disebutkan tentang orang yang masuk neraka, diazab dengan siksaan yang pedih, karena tidak mnengerjakan shalat. Mereka memilih bersantai dan berbuat semaunya di dunia, mengabaikan perintah shalat, sehingga atas keadilan Allah disengsarakan di akhirat.

Dan hisab shalat ini termasuk hisab yang pertama kali di akhirat. Sebab shalat menjadi penentu utama kualitas iman, Islam, dan amal seseorang. Hanya orang-orang shalih bertakwa yang menjaga shalat sepanjang hidupnya. Dia tidak berani untuk melanggarnya. Ketakutannya mengalahkan kemalasan. Dan shalat yang dikerjakannyapun bukanlah shalat yang asal-asalan, sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Shalatnya akan dikerjakannya secara khusyu’, tenang, mencerna setiap lafaz yang dia baca. supaya dinilai oleh Allah sebagai ibadah yang berkualitas dan  sempurna. Yang berarti sempurna pula ibadah-ibadah yang lainnya.

Tapi sebaliknya orang-orang yang banyak menjauh dari iman, dia akan meremehkan dan mengabaikan shalat. Baginya shalat tidak lebih dari ritual ibadah fisik yang melelahkan dan membuang-buang waktu. Dia lebih menyukai bisikan setan untuk melanggar perintah Allah dari pada taat melaksanakannya. Lebih nikmat menghabiskan waktunya untuk bersenda gurau dengan teman, menonton hiburan, atau menambah pundi-pundi harta dengan gila kerja. Maka hatinya semakin lama semakin gelap oleh dosa bermaksiat, hingga dia semakin jauh dari kesadaran menunaikan shalat.

Itulah cara supaya shalat bisa khusyu. Semoga bermanfaat.

(gambar: flickr.com)

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar