Cara Supaya Shalat Bisa Khusyu : Bayangkan Sebagai Shalat Terakhir

“saat shalat maka ingatlah mati, sebab jika seseorang ingat mati maka dia
akan berupaya untuk bersungguh-sungguh menyempurnakan shalatnya. Dan
kerjakanlah shalat seolah-olah engkau tidak bisa lagi mengerjakan shalat
sesudah itu.”
Allah memang sengaja merahasiakan datangnya kematian. supaya manusia selalu waspada setiap saat,
rakus beramal baik setiap punya kesempatan, menjauhi dosa setiap waktu. Kalau
saja kematian itu sudah diketahui manusia, tentu dia akan bersenang senang
sepanjang hidupnya, mengabaikan ibadah bahkan shalat, sebab bersandar pada
akhir hidup saja. Dalam arti ketika masa kematian telah dekat saja dia akan
memohon ampun atas dosanya, sungguh-sungguh beribadah, untuk mendapat husnul
khatimah.
Tapi pada kenyataannya memang tidak bisa demikian. Kematian dibuat
begitu rahasia. Kematian datang setiap waktu tanpa bisa diprediksi manusia tercerdas sekalipun. Supaya tidak ada manusia yang meremehkan amal
ibadah sepanjang hidupnya, untuk mengambil momen akhir hayatnya saja berada
dalam kebaikan.
Dalam kajian ilmu agama, kematian yang datang secara tiba-tiba ini
menjadi alamat atau tanda-tanda kiamat. Artinya semakin dekat dengan hari
akhir, akan semakin banyak kematian yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa diduga
sebelumnya.
Bahkan Imam Bukhari dalam buku hadis shahihnya membuat
sebuah bab tersendiri dari kematian mendadak ini. Beliau menulis yang jika
diterjemahkan, “Bab
Kematian Yang Datang Tiba-Tiba”.
Kematian, itulah rahasia Allah. Tidak ada orang yang mampu
memastikan kapan datangnya. Jika dia datang tiba- tiba, mau tidak mau kita
harus siap. Tidak ada yang bisa mencegahnya. Orang terkuat, terkaya,
berkedudukan tinggi, hanyalah punya pengaruh dalam interaksinya dengan manusia
di dunia. Namun menghadapi makhluk lain yang bernama Malaikat Izrail, tidak
menjadi penghalang sedikitpun bagi malaikat yang ditakuti manusia itu untuk
mencabut kehidupannya.
“ sesungguhnya kematian akan semakin mendekati
kita sementara dunia akan semakin meninggalkan kita.” Kata Ali bin Abi
Thalib. “maka jadilah orang yang mempersiapkan diri
untuk akhirat dan bukan untuk dunia. Sesungguhnya saat ini adalah saatnya untuk
beramal belum perhitungan amal, dan besuk adalah saatnya perhitungan amal tidak
berkesempatan lagi beramal.”
Pernyataan Ali ini mengingatkan kita untuk memperbaiki diri dalam
beramal, termasuk ketika shalat supaya khusyu’. Sebab tidak ada
yang bisa menjamin orang masih akan bernafas sesudah shalat. Jangankan selesai shalat,
sebelum selesai, yaitu ketika baru mengucapkan takbiratul ihram pun
tidak ada orang yang berani memastikan kelangsungan hidupnya.
Kematian tak terduga datangnya. Jika kita belum yakin dengan
kedatangan maut yang tak dinyana ini, silakan perhatikan orang-orang di
sekeliling kita. Saya pernah melihat berita di televisi tentang serombongan
orang yang bertakziah ke tetangga desa, sebab ada orang yang baru
meninggal. Seingat saya, satu rombongan itu berjumlah lebih dari sepuluh orang.
Untuk sampai ke sana mereka harus menyeberangi sungai yang cukup lebar dan
dalam dengan menggunakan perahu penyeberangan. Jembatan permanen memang belum
dibangun sehingga terpaksa mereka memakai sarana tradisional itu. Setelah takziyah,
mereka balik pulang. Otomatis mereka harus melewati sungai menyeramkan itu
lagi. Dan kali ini musibah datang. Perahu yang mereka tumpangi mengalami
kecelakaan, hingga tak lama kemudian karam. Banyak diantara pentakziyah
ini yang tenggelam tidak mampu berenang. Mereka meninggal.
Maka siapa yang menyangka dengan datangnya kematian yang begitu
cepat ini? Mereka pergi dari rumah bermaksud untuk ikut berbela sungkawa atau bertakziyah
atas kematian orang lain. Tapi kini mereka yang harus ditakziyahi oleh
para tetangganya.
Inilah kematian yang penuh rahasia itu. Kematian seumpama malaikat
maut telah menodongkan pistol di kepala kita. Tinggal menunggu aba-aba dari
Allah kapan menarik pelatuknya.
Maka dengan melihat uraian kematian tak terduga ini, tidak ada
satupun yang bisa menjamin bahwa kita akan hidup lama. Bisa jadi setelah shalat
kita langsung bertemu malaikat maut. Atau bahkan bisa jadi nyawa terenggut di
tengah-tengah kita mengerjakan shalat itu. Maka ingatlah kematian, sebab
kematian memang sebaik- baik peringatan, pemutus angan- angan duniawi, dan
sarana kesungguhan ibadah shalat. Sehingga seorang hamba bisa khusyu’ dalam
shalatnya.
Cara Supaya Shalat Bisa Khusyu : Keyakinan kelak bertemu dan kembali kepada Allah
Sebagai
orang beriman, orang yang shalat yakin bahwa kelak setelah mati dia akan
bertemu dengan Allah untuk mempertanggung jawabkan kualitas shalat yang dia
laksanakan. Peristiwa mendebarkan inilah yang menjadikannya berupaya mengoptimalkan nilai shalat,
dengan gerakan dan bacaan yang baik, serta dengan menjaga kekhusyu’an. Di dalam
al-Quran Allah menjelaskan hubungan antara keyakinan pertemuan dengan Allah ini
dengan kekhusyu’an shalat.
Allah
berfirman, “meminta tolonglah dengan perantaraan sabar dan shalat, dan
sesungguhnya demikian itu berat terkecuali bagi orang-orang yang khusyu. Yaitu
orang-orang yang meyakini bahwa dia akan menemui Rabbnya dan kelak akan kembali
kepada-Nya..” (QS. Al-Baqarah: 45-46)
Jadi
di ayat ini dijelaskan penyebab orang khusyu’ dalam shalatnya, yaitu karena
keyakinan yang mendarah daging, bahwa hidupnya kelak akan sampai pada tahap
pertemuan dengan Allah, kembali pada-Nya, untuk menghadapi saat-saat hisab
atau perhitungan amal.
Memang
demikianlah, pertemuan dan hisab itu adalah sesuatu yang pasti. Semua
manusia akan menghadapinya. Tidak ada satu makhluk berakalpun yang sanggup
menghindarinya. Itulah saat-saat paling menakutkan dalam sejarah kehidupan
manusia. Selama di dunia ini, peristiwa paling mengerikan apapun yang pernah
kita alami tidak akan sebanding dengan saat hisab di akhirat ini. Sebab
perhitungan amal ini akan menjadi penentu bahagianya kita dengan mendapat anugerah
kenikmatan surga, maupun celakanya kita dengan diazab di neraka.
Termasuk
juga yang akan diperhitungkan dengan teliti di sini adalah amal shalat. Karena
shalat merupakan rukun Islam yang harus dikerjakan, tidak bisa ditawar-tawar.
Melalaikannya adalah dosa besar. Bahkan di dalam al-Quran banyak disebutkan
tentang orang yang masuk neraka, diazab dengan siksaan yang pedih, karena tidak
mnengerjakan shalat. Mereka memilih bersantai dan berbuat semaunya di dunia,
mengabaikan perintah shalat, sehingga atas keadilan Allah disengsarakan di
akhirat.
Dan hisab
shalat ini termasuk hisab yang pertama kali di akhirat. Sebab shalat
menjadi penentu utama kualitas iman, Islam, dan amal seseorang. Hanya
orang-orang shalih bertakwa yang menjaga shalat sepanjang hidupnya. Dia tidak
berani untuk melanggarnya. Ketakutannya mengalahkan kemalasan. Dan shalat yang
dikerjakannyapun bukanlah shalat yang asal-asalan, sekedar untuk menggugurkan
kewajiban. Shalatnya akan dikerjakannya secara khusyu’, tenang, mencerna setiap
lafaz yang dia baca. supaya dinilai oleh Allah sebagai ibadah yang
berkualitas dan sempurna. Yang berarti
sempurna pula ibadah-ibadah yang lainnya.
Tapi
sebaliknya orang-orang yang banyak menjauh dari iman, dia akan meremehkan dan
mengabaikan shalat. Baginya shalat tidak lebih dari ritual ibadah fisik yang
melelahkan dan membuang-buang waktu. Dia lebih menyukai bisikan setan untuk
melanggar perintah Allah dari pada taat melaksanakannya. Lebih nikmat
menghabiskan waktunya untuk bersenda gurau dengan teman, menonton hiburan, atau
menambah pundi-pundi harta dengan gila kerja. Maka hatinya semakin lama semakin
gelap oleh dosa bermaksiat, hingga dia semakin jauh dari kesadaran menunaikan
shalat.
Itulah cara supaya shalat bisa khusyu. Semoga bermanfaat.
(gambar: flickr.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar