Kamis, 03 Maret 2016

Cara Agar Shalat Bisa Khusyuk (1) Luruskan Niat Hadirkan Hati

.
Cara Agar Shalat bisa Khusyuk -  Shalat bukan sekedar ritual jasmani tapi ritual yang memadukan antara jasmani dan rohani. Shalat tidaklah sekedar gerakan fisik berupa ruku’ dan sujud, tapi ada keikut sertaan jiwa di sana. Shalat adalah ibadah menghadapnya seorang hamba pada Penciptanya. Maka ada proses komunikasi yang menyertai. Seseorang datang
menemui Allah dengan penuh kepasrahan dan ketundukan. Dia mengharap naungan, pertolongan, kekuatan, dan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya. Jiwanya melebur dalam kepasrahan ini. Melebur bersama gerakan demi gerakan shalat, melebur dalam bacaan demi bacaan shalat, dan melebur dalam kekhusyukan.

Ketika seseorang telah sampai pada taraf khusyuk, di saat inilah dia bisa menikmati shalat. Dia telah merasakan kedamaian puncak. Yaitu ketika hatinya sampai pada wilayah yang hening dan sampai pada titik tertinggi dari perjalanan ruhani. Dan akibat baiknya, setelah itu dia akan selalu merindukan shalat. Rindu untuk kembali menikmati saat-saat indah berdua dan berkomunikasi dengan Allah.

Semua orang ingin mencapai shalat khusyuk ini. Berikut ini cara agar shalat khusyu’       

Cara agar shalat bisa khusyuk : Meluruskan  niat.


Semua berawal dari niat. Apakah amal itu nantinya diterima atau tidak oleh Allah sangat ditentukan oleh niat. Dan apakah shalat seseorang berujung pada kekhusyukan atau tidak, juga sangat dipengaruhi oleh niat. Sebab niat adalah kehendak hati yang murni, yang akan mempengaruhi tindakan anggota badan. Karena itulah para ulama sangat memerhatikan niat.

Yahya bin Abu Katsir berkata menjelaskan, “pelajarilah tentang niat karena niat itu lebih penting dari amal perbuatan.”

Terkait dengan shalat, agar shalat khusyuk harus benar-benar dievaluasi apa niat yang menggerakkan keinginan ritual ibadah tersebut. Sudah benar-benar murni karena Allah atau belum. Atau jangan- jangan ada niat lain, hanya saja dibungkus dengan ucapan berniat karena Allah. Atau sejak awal hati telah dikuasai ketakutan sebutan negatif dari keluarga dan tetangga jika tidak shalat, kemudian seseorang memaksa berniat karena Allah. Ikhlas tidaklah demikian.

Terlebih lagi Allah secara khusus memerintahkan seseorang untuk ikhlas ketika shalat. Allah berfirman, “katakanlah sesungghnya shalatku, ibadahkuu hidupku dan matiiku hanya bagi Allah Rabb semesta Alam.” (QS al-An’am: 162)

Bahkan sebenarnya terkait dengan cara agar shalat khusyu’, ketika niat sudah ikhlas karena Allah bukanlah jaminan sampainya ibadah itu pada khusyuk. Seperti misalnya niat shalat murni untuk mendapat ridha Allah, namun bukan berniat untuk mencapai khusyuk melainkan hanya untuk menggugurkan kewajiban. Betapapun, jika sejak awal niat hanya untuk menunaikan kewajiban, seseorang akan menyempurnakan rukun shalat, sudah itu selesai. Seseorang akan takbir dengan gerakan sempurna, membaca al Fatihah, ruku’, i’tidal dengan tuma’ninah, namun tidak ada satu bacaanpun yang dia resapi maknanya. Bacaan pengiring gerakan itu meluncur begitu saja dari lisan, karena sudah begitu hapalnya lidah untuk melafazkannya, dan sesudah itu tahu- tahu salam. Selesailah shalat tanpa keikut sertaan jiwa.

Di samping itu, jika sejak awal niat seseorang hanya untuk menuntaskan kewajiban, Allah tidak akan menolong untuk sampai lebih dari tujuan itu. Allah tidak akan membantu menciptakan suasana khusyuk. Hati dibiarkan terlena dengan khayalan-khayalannya. Jiwa dibiarkan kosong dari tadabur al Fatihah, surat pendek dan bacaan- bacaan zikir shalat.

Maka kemudian setan leluasa mengambil perannya. Dia masuk merebut hati dan mengacaukannya dengan ingatan-ingatan permasalahan keuangan, atau permasalahan keluarga, atau permasalahan politik di negara ini. Atau bahkan setan terkadang bisa lebih dalam lagi menguasai hati ketika shalat itu. Membisikkan dan menawarkan lintasan-lintasan pikiran jahat. Merancang rencana maksiat. Bayangkan, setan mampu merajai hati manusia ketika shalat, bahkan untuk khayalan perbuatan dosa. Ini tentu sudah kebablasan.

Berkebalikan dengan itu, ketika niat seseorang adalah pada tercapainya khusyuk dalam shalat, maka akan ada campur tangan Allah di sana. Ada pertolongan Allah ketika memang ingin menikmati saat-saat berdua dengan-Nya. Kalaupun menghadapi goncangan-goncangan dari setan, Allah tidak akan tinggal diam. Dia akan mengosongkan hati dari selain mengingat-Nya. Dia akan menjauhkan setan darinya. Sebab, bukankah shalat memang bertujuan untuk mengingat Allah? Maka sudah sewajarnya jika Allah akan memberi kemudahan bagi orang yang berniat tulus ingin mengingat-Nya.

Karena itu, sudah seharusnya agar shalat khusyuk seseorang sejak awal menata niatnya. Dan dia tanyakan apakah dirinya apa niat yang sebenarnya ketika akan mengerjakan shalat. Niat shalat khusyuk akan mengantarkan pada kekhusyu’an, dan niat menggugurkan kewajiban akan mengantarkan pada gugurnya kewajiban belaka, tanpa diikuti khusyu’.

Cara agar shalat bisa khusyuk : Menghadirkan hati


Setiap manusia hanya memiliki satu hati. Dan satu hati tersebut dalam satu waktu hanya bisa fokus pada satu titik perhatian. Hati tidak bisa dipakai untuk fokus pada dua permasalahan sekaligus. Jika dipakai untuk mengingat permasalahan dunia, tanggungan pekerjaan yang belum diselesaikan, maka hanya itu yang bisa dibayangkan oleh hati. Jika dipakai untuk mengingat Allah, meresapi bacaan shalat, juga hanya itu yang diingat.

Maka di sinilah muncul pertarungan hebat yang saling tarik menarik di dalam shalat. Antara mengingat Allah, tadabur ayat, atau untuk mengingat rumah, kantor, dan pekerjaan yang akan ditangani. Jika seseorang sudah tahu kondisi hati yang seperti ini, tinggal dia mau fokus ke Allah atau ke lain. Fokuskan hati untuk merasakan keagungan Allah maka akan dia dapatkan kekhusyu’an. Jangan fokuskan hati pada Allah, maka tidak akan dia dapatkan khusyukan shalat.

Ibnu katsir memberi penjelasan tentang shalat khusyuk, “sesungguhnya shalat yang khusyuk itu hanya bisa didapatkan oleh orang yang mau berkonsentrasi dengan sungguh-sungguh. Sehingga dia tidak memedulikan hal-hal yang lain dan lebih mementingkan shalat itu dari yang lainnya.”,


Dan sebenarnya jika kita telusuri lebih jauh terkait dengan hati ini, hati yang mudah khusyu’ ketika shalat adalah hati yang sehat, bukan hati yang sakit atau mati. Hati yang sehat inilah hati yang senantiasa diberi makan dengan makanan halal, disiram dengan kesejukan tilawah al-Quran, dipupuk dengan zikir, sehingga tumbuh sehat sesuai fungsi aslinya untuk berdekatan dengan Allah. Hati yang ketika dibawa dalam shalat akan mampu menghayati dan meresapi bacaan shalat. Bukan hati yang diberi makan dengan makanan haram, disiram dengan kebiasaan perkataan kotor dan kasar, dan dipupuk dengan persahabatan dengan setan, sehingga ketika dipakai untuk shalat susah untuk tunduk meresapi ayat- ayat dan zikir bacaan shalat.

Itulah cara agar shalat bisa khusyuk bagian pertama dengan meluruskan niat dan menghadirkan hati. Anda bisa juga membaca artikel kelanjutan berseri cara agar shalat khusyuk di blog ini.

(gambar: commons.wikimedia.org)

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar