Cara Shalat Supaya Bisa Khusyuk : Tadabur Bacaan Shalat
cara shalat supaya bisa khusyuk - Orang yang khusyuk adalah orang yang meresapi makna bacaan shalat. Hatinya telah dikosongkan
dari berbagai pikiran duniawi, untuk kemudian dimasuki makna dari ayat al-Quran
dan zikir yang dia baca. Dia akan shalat secara tenang, lama, tidak segera
menuntaskan bacaannya sebelum mentadaburinya. Baginya
setiap kalimat
dari bacaan itu begitu berharga. Sangat sayang untuk dilewatkan, karena
terkandung kisah sarat hikmah, petunjuk aturan hidup yang benar, dan cara untuk
meraih surga. Hatinya terasa sejuk, dan jiwanya terasa damai.
Hendaknya kita ketahui bahwa Rasulullah Saw telah mencontohkan tadabur
ini di dalam shalat sehingga
khusyu’. Hudzaifah menuturkan, "Pada suatu malam saya shalat bersama
Rasulullah. Beliau membaca al-Quran dengan perlahan-lahan. Apabila melewati
ayat yang mengandung tasbih, beliau pasti membaca tasbih. Apabila melewati ayat
yang berisikan permohonan (kepada Allah), belaiu memohon. Dan, apabila melewati
ayat yang berisikan permohonan perlindungan beliau pasti memohon perlindungan
(kepada Allah)." (HR. Muslim)
Memang seperti
itulah shalat dalam kualitas khusyuk yang sebenarnya. Hati benar- benar ikut terlibat di dalamnya. Bukan
hati yang lalai. Yang lisannya mengucapkan al-Fatihah tapi hatinya lari ke
pasar. Yang bibirnya melafazkan surat an-Nas tapi jiwanya pulang ke rumah. Hati
yang tidak ikut merenung dan tidak memedulikan Allah.
Allah secara tidak
langsung telah memperingatkan shalat dalam kualitas rendah yang tidak khusyuk ini. Dia berfirman, “ Hai orang- orang yang beriman,
janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga tidak mengerti
apa yang kamu ucapkan”. (QS. An-Nisa’: 43)
Kita memang tidak mabuk seperti yang disebutkan dalam ayat
tersebut. Tapi kita lalai dengan tidak memahami makna bacaan shalat. Maka
antara kedua keadaan ini ada titik singgung persamaannya. Yaitu sama-sama tidak
memanfaatkan akal. Jika kondisi mabuk akal tertutup sebab minuman haram,
sehingga sama sekali tidak menyadari dengan apa yang keluar dari lisannya. Tapi
ketika lalai akal kita terlaihkan fungsinya ketika shalat, yang seharusnya
dipergunakan untuk tadabur atau menelaah segala bacaaan shalat, jadi
dipakai untuk memikirkan masalah lain diluar urusan shalat.
Tadabur, kata Syaikh
Al-Utsaimin, merupakan perenungan terhadap lafaz-lafaz Al-Qur’an dengan
maksud mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Ketika hal ini diabaikan,
maka hikmah diturunkannya Al-Quran pun akan hilang, lalu Al-Quran itu tinggal
berwujud lafaz tanpa ada bekas sama sekali. Oleh karena itu, tidak
mungkin seseorang bisa mengambil nasehat dari Al-Qur’an tanpa memahami maknanya.
Begitulah, karena Alquran memang diturunkan
oleh Allah dalam fungsi utamanya sebagai petunjuk jalan hidup, untuk membedakan
antara segala yang haq dan batil, halal dan haram, untuk
mendapatkan hidayah jalan yang lurus menuju keselamatan. Begitu juga bacaan dan zikir shalat yang sebagiannya berasal dari
al-Quran dan sebagiannya berasal dari hadis, juga memiliki fungsi dasyat
tersebut. Dan untuk menyerap manfaat besar itu maka manusia harus menelaah dan mentadaburinya.
Ketika orang berhasil menghadirkan hati dalam tadabur ini, maka di
sinilah dia akan hanyut dalam kekhusyukan dan keasyikan shalat.
Di samping itu, tadabur ini juga akan memberi ketenangan dan
kedamaian di hati. Sesuatu yang tidak didapat ketika manusia lalai dari
menelaah petunjuk al-Quran. Ketenangan yang disusupkan oleh Allah mengatasi dan
menggantikan berbagai kecemasan akibat perbuatan-perbuatan maksiat dan
ambisi-ambisi duniawi.
Langkah Untuk Tadabur Cara Shalat Supaya Bisa Khusyuk
Sayangnya untuk sampai pada tahap tadabur supaya shalat khusyuk ini, kaum muslimin Indonesia seringkali menghadapi kendala. Sebab
untuk sampai tadabur paling tidak seseorang harus melewati dua tahap
sebelumnya, yaitu tahu arti bacaan shalat dan kemudian membacanya secara tartil
atau perlahan.
Tentang arti bacaan shalat, sudah seharusnya bagi kita untuk
mengetahuinya. Dan jika belum faham, hendaknya kita sadari bahwa Allah telah
menyediakan pikiran untuk mempelajarinya. Di samping itu juga ada banyak ulama,
dan ada banyak buku yang mengupas arti bacaan shalat tersebut. Maka sebenarnya
tidak ada alasan bagi kita untuk mengabaikan. Tahu arti bacaan itu penting.
Sebab setiap hari kita shalat dan melafazkan bacaan- bacaan tersebut.
Apalagi amal wajib ini akan kita lakukan sepanjang hidup kita. Maka rugi jika
kita enggan untuk mempelajari arti bacaan-bacaan shalat.
Nah, setelah kita tahu arti bacaan shalat,
tibalah pada tahap selanjutnya yaitu hendaknya kita baca bacaan-bacaan itu
secara perlahan-lahan ketika shalat supaya khusyu’. Tidak perlu tergesa-gesa. Kita berikan pada setiap kalimat haknya
untuk ditadaburi. Kita berikan kesempatan pada jiwa untuk meresapi
siraman kesejukan takbiratul ihram, bacaan al-Fatihah, lafaz tahmid,
tahlil, dan istighfar. Dengan demikian jiwa akan merengkuh kedamaian dan
ketentraman, sesuatu yang sangat diidam-idamkannya.
Dalam sebuah kisah,
Rasulullah Saw bahkan pernah melarang seorang shahabat yang hendak menghatamkan
al-Quran dalam sehari. Sebab dia akan mempercepat bacaannya, yang hal itu
berarti hanya gerak bibir belaka tanpa pemahaman. Padahal al-Quran diturunkan
bukan sekedar untuk dibaca saja. Bacaan adalah sebagai sarana selanjutnya,
yaitu untuk memahami isi kandungannya.
Cara Shalat Supaya Bisa Khusyuk : Menjaga Tuma’ninah
Cara Shalat Supaya Bisa Khusyuk - Di antara bagian yang sangat penting dari
shalat, supaya
khusyuk adalah tuma’ninah. Yaitu adanya saat
untuk berhenti sejenak dari setiap gerakan shalat, untuk menyempurnakan gerakan
dan bacaannya. Tidak mungkin seseorang bisa khusyuk tanpa adanya tuma’ninah ini.
Sebab khusyuk adalah keikutsertaan hati dalam setiap gerakan dan bacaan shalat,
dan mustahil bagi hati untuk melebur dalam ritual ibadah tersebut jika gerakan
dan bacaannya berlangsung terlalu cepat.
Butuh jeda waktu yang memadai sehingga hati bisa mengikuti, meresapi dan
mencernanya.
Bahkan bagi pelaku yang mengabaikan tuma’ninah
ini, Rasulullah Muhammad saw menggolongkannya sebagai pencuri ibadah shalat. Beliau
bersabda, seburuk buruknya pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya,” para
shahabat bertanya, “bagaimana cara seseorang mencuri shalat?” rasulullah saw
menjawab, “orang yang tidak sujud dan rukuk secara sempurna.” Atau rasulullah
saw bersabda, “tidak menegakkan tulang punggnya ketika shalat itu.”(HR. Ahmad)
Dia menjadi pencuri
shalat. Karena pada ibadah tersebut ada hak di setiap gerakannya, yaitu
penyempurnaan posisi dan bacaan. Ketika seseorang tidak memberikan hak ini,
maka berarti dia telah mencurinya. Ruku’ misalnya, adalah menjadi haknya untuk
disempurnakan posisi anggota tubuh dan zikirnya. Barangsiapa yang tidak
menunaikannya, maka dia telah mengambil haknya. Dan itu namanya mencuri.
Begitupun pada setiap gerakan yang lain.
Seseorang tidak tuma’ninah,
biasanya adalah karena sedang dikejar waktu. Dia tidak memiliki banyak
kesempatan untuk shalat. Maka sudah seharusnya sejak awal baginya untuk
menyengaja menyediakan waktu yang lapang untuk shalat. Waktu khusus untuk
ibadah agung ini. Atau bisa juga seseorang tidak tuma’ninah karena dia
tidak menikmati shalat. Tidak merasakan nilai spiritualitas shalat. Tidak
mengerti arti bacaan shalat, yang tentunya tidak mungkin bisa mentadaburinya.
Yang ada di dalam benaknya hanya bagaimana selekas mungkin keluar dari ritual
menjemukan ini. Maka berakhirlah shalatnya, tanpa dia memperoleh manfaat
spiritualitas sedikitpun.
Kita harus hati-hati
untuk tidak mengabaikan tuma’ninah ini. Pengaruhnya sangat besar
terhadap kekhusyukan dan kenikmatan shalat. Terlebih lagi, tuma’ninah ini
adalah rukun shalat. Artinya bila tidak ditunaikan, batallah shalatnya. Tidak
sah shalatnya. Rasulullah saw pernah menyuruh orang mengulangi shalatnya,
karena kedapatan tidak tuma’ninah.
Itulah cara shalat supaya bisa khusyuk . semoga bermanfaat.
(gambar: fickr.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar