Kamis, 03 Maret 2016

Cara Shalat Supaya Bisa Khusyuk (4) Tadabur Bacaan Dan Menjaga Tuma’ninah



Cara Shalat Supaya Bisa Khusyuk : Tadabur  Bacaan Shalat


cara shalat supaya bisa khusyuk - Orang yang khusyuk adalah orang yang meresapi makna bacaan shalat. Hatinya telah dikosongkan dari berbagai pikiran duniawi, untuk kemudian dimasuki makna dari ayat al-Quran dan zikir yang dia baca. Dia akan shalat secara tenang, lama, tidak segera menuntaskan bacaannya sebelum mentadaburinya. Baginya
setiap kalimat dari bacaan itu begitu berharga. Sangat sayang untuk dilewatkan, karena terkandung kisah sarat hikmah, petunjuk aturan hidup yang benar, dan cara untuk meraih surga. Hatinya terasa sejuk, dan jiwanya terasa damai.

Hendaknya kita ketahui bahwa Rasulullah Saw telah mencontohkan tadabur ini di dalam shalat sehingga khusyu’. Hudzaifah menuturkan, "Pada suatu malam saya shalat bersama Rasulullah. Beliau membaca al-Quran dengan perlahan-lahan. Apabila melewati ayat yang mengandung tasbih, beliau pasti membaca tasbih. Apabila melewati ayat yang berisikan permohonan (kepada Allah), belaiu memohon. Dan, apabila melewati ayat yang berisikan permohonan perlindungan beliau pasti memohon perlindungan (kepada Allah)." (HR. Muslim)

Memang seperti itulah shalat dalam kualitas khusyuk yang sebenarnya. Hati benar- benar ikut terlibat di dalamnya. Bukan hati yang lalai. Yang lisannya mengucapkan al-Fatihah tapi hatinya lari ke pasar. Yang bibirnya melafazkan surat an-Nas tapi jiwanya pulang ke rumah. Hati yang tidak ikut merenung dan tidak memedulikan Allah.

Allah secara tidak langsung telah memperingatkan shalat dalam kualitas rendah yang tidak khusyuk ini. Dia berfirman, “ Hai orang- orang yang beriman, janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk sehingga tidak mengerti apa yang kamu ucapkan”. (QS. An-Nisa’: 43)

Kita memang tidak mabuk seperti yang disebutkan dalam ayat tersebut. Tapi kita lalai dengan tidak memahami makna bacaan shalat. Maka antara kedua keadaan ini ada titik singgung persamaannya. Yaitu sama-sama tidak memanfaatkan akal. Jika kondisi mabuk akal tertutup sebab minuman haram, sehingga sama sekali tidak menyadari dengan apa yang keluar dari lisannya. Tapi ketika lalai akal kita terlaihkan fungsinya ketika shalat, yang seharusnya dipergunakan untuk tadabur atau menelaah segala bacaaan shalat, jadi dipakai untuk memikirkan masalah lain diluar urusan shalat.

Tadabur, kata Syaikh Al-Utsaimin, merupakan perenungan terhadap lafaz-lafaz Al-Qur’an dengan maksud mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. Ketika hal ini diabaikan, maka hikmah diturunkannya Al-Quran pun akan hilang, lalu Al-Quran itu tinggal berwujud lafaz tanpa ada bekas sama sekali. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang bisa mengambil nasehat dari Al-Qur’an tanpa memahami maknanya.

Begitulah, karena Alquran memang diturunkan oleh Allah dalam fungsi utamanya sebagai petunjuk jalan hidup, untuk membedakan antara segala yang haq dan batil, halal dan haram, untuk mendapatkan hidayah jalan yang lurus menuju keselamatan. Begitu juga bacaan dan zikir shalat yang sebagiannya berasal dari al-Quran dan sebagiannya berasal dari hadis, juga memiliki fungsi dasyat tersebut. Dan untuk menyerap manfaat besar itu maka manusia harus menelaah dan mentadaburinya. Ketika orang berhasil menghadirkan hati dalam tadabur ini, maka di sinilah dia akan hanyut dalam kekhusyukan dan keasyikan shalat.

Di samping itu, tadabur ini juga akan memberi ketenangan dan kedamaian di hati. Sesuatu yang tidak didapat ketika manusia lalai dari menelaah petunjuk al-Quran. Ketenangan yang disusupkan oleh Allah mengatasi dan menggantikan berbagai kecemasan akibat perbuatan-perbuatan maksiat dan ambisi-ambisi duniawi.

Langkah Untuk Tadabur Cara Shalat Supaya Bisa Khusyuk

Sayangnya untuk sampai pada tahap tadabur supaya shalat khusyuk ini, kaum muslimin Indonesia seringkali menghadapi kendala. Sebab untuk sampai tadabur paling tidak seseorang harus melewati dua tahap sebelumnya, yaitu tahu arti bacaan shalat dan kemudian membacanya secara tartil atau perlahan.

Tentang arti bacaan shalat, sudah seharusnya bagi kita untuk mengetahuinya. Dan jika belum faham, hendaknya kita sadari bahwa Allah telah menyediakan pikiran untuk mempelajarinya. Di samping itu juga ada banyak ulama, dan ada banyak buku yang mengupas arti bacaan shalat tersebut. Maka sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk mengabaikan. Tahu arti bacaan itu penting. Sebab setiap hari kita shalat dan melafazkan bacaan- bacaan tersebut. Apalagi amal wajib ini akan kita lakukan sepanjang hidup kita. Maka rugi jika kita enggan untuk mempelajari arti bacaan-bacaan shalat.

Nah, setelah kita tahu arti bacaan shalat, tibalah pada tahap selanjutnya yaitu hendaknya kita baca bacaan-bacaan itu secara perlahan-lahan ketika shalat supaya khusyu’. Tidak perlu tergesa-gesa. Kita berikan pada setiap kalimat haknya untuk ditadaburi. Kita berikan kesempatan pada jiwa untuk meresapi siraman kesejukan takbiratul ihram, bacaan al-Fatihah, lafaz tahmid, tahlil, dan istighfar. Dengan demikian jiwa akan merengkuh kedamaian dan ketentraman, sesuatu yang sangat diidam-idamkannya.

Dalam sebuah kisah, Rasulullah Saw bahkan pernah melarang seorang shahabat yang hendak menghatamkan al-Quran dalam sehari. Sebab dia akan mempercepat bacaannya, yang hal itu berarti hanya gerak bibir belaka tanpa pemahaman. Padahal al-Quran diturunkan bukan sekedar untuk dibaca saja. Bacaan adalah sebagai sarana selanjutnya, yaitu untuk memahami isi kandungannya.

Cara Shalat Supaya Bisa Khusyuk : Menjaga Tuma’ninah


Cara Shalat Supaya Bisa Khusyuk - Di antara bagian yang sangat penting dari shalat, supaya khusyuk adalah tuma’ninah. Yaitu adanya saat untuk berhenti sejenak dari setiap gerakan shalat, untuk menyempurnakan gerakan dan bacaannya. Tidak mungkin seseorang bisa khusyuk tanpa adanya tuma’ninah ini. Sebab khusyuk adalah keikutsertaan hati dalam setiap gerakan dan bacaan shalat, dan mustahil bagi hati untuk melebur dalam ritual ibadah tersebut jika gerakan dan bacaannya berlangsung terlalu cepat.  Butuh jeda waktu yang memadai sehingga hati bisa mengikuti, meresapi dan mencernanya.

Bahkan bagi pelaku yang mengabaikan tuma’ninah ini, Rasulullah Muhammad saw menggolongkannya sebagai pencuri ibadah shalat. Beliau bersabda, seburuk buruknya pencuri adalah orang yang mencuri shalatnya,” para shahabat bertanya, “bagaimana cara seseorang mencuri shalat?” rasulullah saw menjawab, “orang yang tidak sujud dan rukuk secara sempurna.” Atau rasulullah saw bersabda, “tidak menegakkan tulang punggnya ketika shalat itu.”(HR. Ahmad)

Dia menjadi pencuri shalat. Karena pada ibadah tersebut ada hak di setiap gerakannya, yaitu penyempurnaan posisi dan bacaan. Ketika seseorang tidak memberikan hak ini, maka berarti dia telah mencurinya. Ruku’ misalnya, adalah menjadi haknya untuk disempurnakan posisi anggota tubuh dan zikirnya. Barangsiapa yang tidak menunaikannya, maka dia telah mengambil haknya. Dan itu namanya mencuri. Begitupun pada setiap gerakan yang lain.

Seseorang tidak tuma’ninah, biasanya adalah karena sedang dikejar waktu. Dia tidak memiliki banyak kesempatan untuk shalat. Maka sudah seharusnya sejak awal baginya untuk menyengaja menyediakan waktu yang lapang untuk shalat. Waktu khusus untuk ibadah agung ini. Atau bisa juga seseorang tidak tuma’ninah karena dia tidak menikmati shalat. Tidak merasakan nilai spiritualitas shalat. Tidak mengerti arti bacaan shalat, yang tentunya tidak mungkin bisa mentadaburinya. Yang ada di dalam benaknya hanya bagaimana selekas mungkin keluar dari ritual menjemukan ini. Maka berakhirlah shalatnya, tanpa dia memperoleh manfaat spiritualitas sedikitpun.

Kita harus hati-hati untuk tidak mengabaikan tuma’ninah ini. Pengaruhnya sangat besar terhadap kekhusyukan dan kenikmatan shalat. Terlebih lagi, tuma’ninah ini adalah rukun shalat. Artinya bila tidak ditunaikan, batallah shalatnya. Tidak sah shalatnya. Rasulullah saw pernah menyuruh orang mengulangi shalatnya, karena kedapatan tidak tuma’ninah.

Itulah cara shalat supaya bisa khusyuk  . semoga bermanfaat.

(gambar: fickr.com)


Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar