
Nilai penting kelahiran dan kehadiran nabi
Muhammad dapat dilihat dari perubahan besar yang terjadi sebalum dan sesudah masa
hidupnya. Dahulu masyarakat Arab hidup dalam jaman jahiliyah, jaman kebodohan yang bukan sekedar buta huruf
tapi juga sesat aqidah dan pengabai akhlak. Mereka menjadi penyembah berhala, pembunuh
berdarah dingin, bahkan terhadap anak
wanitanya sendiri.
kelayakan, bahkan menjadi budak yang terabaikan kebutuhan dasarnya. Kaum kaya telah menjadi penindas di negerinya sendiri.
Setelah nabi Muhammad saw lahir dan beranjak
dewasa, beliau melihat realita menyedihkan ini. Atas perintah kenabian, setelah
23 tahun perjuangan merombak berbagai sisi, tersibaklah masa gelap itu,
berganti terangnya aqidah yang lurus dan akhlak yang menawan, penuh kesantunan,
serta berkembang sifat saling tolong menolong.
Merenungkan dan membayangkan kelahiran Nabi,
membawa kita pada kerinduan maulid (kelahiran) akhlak di tengah umat
sekarang ini. Globalisasi telah membawa bencana kemerosotan moral, hilangnya
rasa malu, dan mencuatnya sifat individualisme, terutama di kota-kota besar.
Demi jabatan dan sesuap nasi, masyarakat sering mengabaikan nilai halal dan
haram, serta tidak peduli nasib orang lain yang tersisih.
Membangun akhlak
Imam Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai kondisi yang
tertanam dalam jiwa sehingga mudah menimbulkan perbuatan, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Imam Qurthubi mengatakan akhlak adalah adab atau
tata krama yang dipegang teguh oleh seseorang, sehingga adab atau tata krama
itu seakan menjadi bagian dari dirinya.
Mengacu pada makna tersebut, maka membangun akhlak butuh
kesungguhan. Apalagi pada masa kini masyarakat tumbuh dengan beragam level pendidikan,
profesi, latar belakang keluarga dan lingkungan.
Di jaman dahulu, Rasulullah saw merombak
akhlak jahiliyah dengan menggunakan berbagai cara atau strategi. Beliau hadir
sebagai teladan moral, dengan sifat suka menolong, ramah, jujur, dan peduli
pada umat. Bahkan Allah juga memuji karakter beliau: “Dan sungguh engkau (Muhammad)
di atas budi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qolam: 4)
Membangun akhlak di masa sekarang ini juga
butuh keteladanan dari orang-orang berpengaruh. Rakyat butuh model real
yang menjadi inspirasi akhlak kesehariannya ketika berinteraksi dengan keluarga
dan tetangga. Dalam hal ini para dai, ketua RT, kepala desa, pejabat negara,
adalah orang-orang yang bertanggung jawab memberi contoh. Mereka haruslah
orang-orang yang amanah, garda depan penjaga keadilan dan pemegang nilai-nilai
kebaikan universal hablu minannas ( hubungan sesama manusia)
Sungguh disayangkan jika pejabat dan tokoh
masyarakat tidak amanah terhadap uang dan jabatannya, dan mengabaikan nilai
etika bertetangga. Masyarakat akan kehilangan sosok nyata inspirator.
Untuk menumbuhkan akhlak Rasulullah saw juga gencar
menjelaskan urgensinya. Islam bukan agama pengajar aqidah dan ibadah saja. Ada
dimensi relasi horizontal sesama manusia yang juga harus diwujudkan.
Abu Darda radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “tidak ada sesuatu yang
diletakkan pada timbangan hari kiamat yang lebih berat dari akhlak yang mulia,
dan sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa mencapai derajat orang yang
berpuasa dan shalat.” (HR. Tirmidzi, shahih)
Di masa kini terkadang muncul pengotak-kotakan
antara aqidah, ibadah, dan moral ini sehingga tidak menyatu pada diri seorang
muslim. Sebagian orang larut dalam
keasyikan hubungan transendental dengan Allah, rajin shalat, menikmati zikir dan
bacaan al-Qurannya, namun abai terhadap nasib tetangga, hilang adab
bermasyarakatnya. Harus difahamkan bahwa kepedulian sosial adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari Islam.
Dalam mengokohkan akhlak, Rasulullah saw juga menerapkan
pendidikan sejak belia. Anas bin Malik,
Hasan dan Husain cucu Rasululllah saw, adalah orang-orang yang mencicipi arahan
etika ini. Saat kecil, manusia seperti selembar kertas putih bersih. Manusia di
sekitarnyalah yang akan memberi warna kepadanya. Maka peran pendidikan sejak
dini tidak bisa diabaikan.
Orang tua tidak dibenarkan hanya sibuk
bekerja, sehingga lalai memonitor kelakuan anak. Masyarakat haram untuk diam
melihat anak berkelahi atau mengumpat dengan kata-kata kotor. Hendaknya
diajarkan kebiasaan bearempati mengulurkan tangan bersedekah, dan menolong
temannya yang sakit.
Dengan kesungguhan upaya diharapkan tercipta
pesona akhlak di masyarakat. Sebab telah jelas sabda Nabi mulia mengajarkan: “Aku
tidak diutus (oleh Allah) kecuali untuk menyempurnakan akhlak” (HR.
Baihaqi)
Allahu a’lam bisshawab
Artikel Terkait
- 18 Keutamaan Shalat Tahajud Ini Akan Membuat Anda Tercengang
- Inilah 12 Keutamaan Sholat Dhuha Yang Membuat Anda Rugi Jika Meninggalkannya
- Inilah 5 Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi Pada Hari Jumat
- 18 Keutamaan Puasa Senin Kamis Ini Memukau Nalar
- Inilah 21 Keutamaan Membaca Al Quran Yang Bisa Merubah Kemalasan Anda Bertilawah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar