Jumat, 18 Desember 2015

BERI MANFAAT SEDAHSYAT JANTUNG


Siapa yang meremehkan penciptaan jantung? Organ yang selalu berdetak itu termasuk bagian vital dalam keberlangsungan hidup seluruh tubuh. Tugasnya mengambil darah yang telah kekurangan oksigen, memompa ke paru-paru, dibersihkan karbondioksidanya, ditambahkan oksigen baru, jadilah darah sehat yang kemudian dipompa ke seluruh tubuh. Proses ini menyebabkan kita harus mengacungkan jempol berkata; jantung bak pahlawan besar pemberi manfaat tak terkira pada tubuh.

Itulah penciptaan dahsyat jantung. Dan ingat, tidak ada satupun kejadian dan penciptaan Allah yang sia-sia. Satu penciptaan bisa diambil puluhan, ratusan, bahkan mungkin ribuan hikmah jika manusia mau mentadzaburinya. Maka berfikir tentang jantung, inilah salah satu diantara yang bisa kita ambih hikmah darinya: menebar manfaat bagi pihak lain.


Manusia diciptakan tidak untuk hidup sendiri. Islam mengajarkan berbagi dan saling menolong. Allah meneteskan sebagian kecil sifat pengasih dan penyayang-Nya, yang dengan bekal itu menjadikan manusia punya kepedulian pada kondisi orang lain. Seorang ibu menumbuhkan anaknya dengan penuh kasih sayang. Seorang muslim peduli pada tetangganya yang kelaparan. Orang kaya mau memberi beasiswa pada mahasiswa yang kekurangan biaya kuliah.

Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain” (HR. Thabrani). Dengan sabda tersebut bukan berarti beliau hanya menyuruh orang lain untuk memberi manfaat, melainkan juga telah memberi teladan nyata. Dengan dakwahnya yang memberi pencerahan jalan hidup berjuta-juta orang. Menebar manfaat terbaik bagi umatnya.

Dan hendaknya kerja memberi manfaat ini dilakukan secara istiqomah selama hidup. Sebagaimana jantung yang berkerja terus menerus sepanjang hayat. Tak kenal lelah berdetak memompa darah, bahkan ketika tubuh tidur sekalipun. Dia sama sekali tidak akan berhenti, kecuali jika batas waktunya habis dipotong oleh kematian.

Menebar manfaat harus berkesinambungan, karena sifat saling membutuhkan dan saling tolong menolong tidak berlaku sehari dua hari. Dia berlaku sepanjang hidup. Kebutuhan orang miskin untuk dibantu tidak hanya sekali. Terlebih bagi orang yang cacat permanen sehingga kesulitan mencari nafkah. Dia perlu mendapat uluran tangan, yang bisa jadi sepanjang usianya. Pertolongan ini akan menjadi oase di tengah kegersangan harapan hidupnya.

Allah amat menyukai amal istiqomah ini. Berbeda dengan amal besar yang dilakukan hanya sekali, sudah itu berhenti sama sekali. Rutinitas amal mencerminkan stabilitas iman, kemanfaatan, dan besaran empati pada sesama. Tanpa terasa pahalapun akan menumpuk-numpuk atasnya. Maka tidak heran jika Allah memuji,  Sesungguhnya amal yang sangat disukai Allah adalah yang dilakukan secara istiqomah meskipun sedikit” (HR. Bukhari).

Menebar kebaikan juga hendaknya dilakukan secara ikhlas. Seperti jantung yang juga rela memompa darah. Tanpa mengeluh. Tanpa berusaha menampakkan diri. Meskipun dia berperan ekstra penting bagi kelangsungan hidup tubuh, tetap saja letaknya di dalam, tersembunyi, tidak berupaya menonjol keluar sehingga bisa dilihat dan disanjung orang.
Hanya orang-orang yang tenggelam dalam lautan harapan gemerlap dunia, yang suka pamer kebaikan, sehingga seolah-olah pengelihatan dan besaran balasan Allah masih belum cukup baginya. Ada yang masih ingin diburu: yaitu pujian dan pengakuan dari orang lain. Bahkan baginya sekelebat ucapan manis dari lisan orang itu lebih menggiurkan dari gunungan janji karunia Allah.

Di sini ada baiknya kita ingat Ali Zainal Abidin yang telah memberi teladan keikhlasan. Selama berhari-hari, secara sembunyi-sembunyi dia memberi para penduduk gandum. Tidak ada yang mengetahui bahwa sang dermawan itu adalah dia. Hingga ketika lelaki itu meninggal, secara otomatis terputuslah suplai gandum. Masyarakat bertanya-tanya sebab terputusnya. Mereka baru sadar setelah melihat dipunggung jasad Ali terdapat warna hitam bekas memanggul. Rupanya selama ini pria dermawan itu yang telah melakukannya secara rahasia di malam hari, memanggul karung-karung gandum, diantarkan di depan rumah-rumah penduduk miskin.
Memang beramal tidak harus dengan sembunyi-sembunyi. Bisa saja terlihat orang. Namun satu yang tidak bisa ditawar: keikhlasan ketika memberinya. Murni niat karena Allah, tidak menginginkan balas budi dari orang yang diberi, dan tidak berharap ucapan terima kasih darinya.

Seperti jantung, yang telah memberi pelajaran berharga bagi orang yang mau berfikir mentadzaburinya. “... Maka ambillah ibrah (hikmah) hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (al-Hasyr: 2)

Allahu a’lam bisshawab

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar