Sabtu, 19 Desember 2015

ADAB BERSEDEKAH



Adab bersedekah - Jika datang peminta-minta kepadamu, lalu engkau lemparkan sekoin uang, itu adalah sedekah. Engkau lemparkan sambil tersenyum sinis merendahkan, itu juga sedekah. Engkau berikan dengan menjulurkan tangan sopan, itu juga bernama sama: sedekah. Meskipun sama-sama menyalurkan harta, tapi yakinlah semua jenis itu berbeda hasilnya. Hasil terkait hubungan antar sesama manusia dan kadar pahalanya.


Cara memberi yang pertama dan kedua tadi memukul jatuh martabat manusia. Bahkan terkadang bisa menciptakan permusuhan . Karena orang yang diberi terendahkan secara psikologis. Pahala yang didapat dari Allah juga jadi tidak optimal, bahkan bisa rusak sama sekali. Zat penghitung amal itu tidak menyukai penghinaan atas nama kebaikan semacam ini.

Sedang cara ketiga itulah yang terbaik. Memanusiakan manusia. Ada penghargaan martabat pada pihak yang diberi. Status sosial tidak direndahkan. Produksi pahala juga mengalir deras karenanya. Allah menyukai sebuah kebaikan yang disempurnakan pelaksanaannya.

Adab Bersedekah


Dari bermacam cara sedekah tadi, nampak bahwa akar  pohon pembeda itu ada pada adabnya. Apakah menampilkan pesona adab bersedekah, ataukah justru merusaknya. Meskipun memberi adalah kebaikan, tapi jika caranya tidak dipoles dengan menawan, akan jadi buruk juga.

Di setiap menjelang Idul Fitri, marak pembagian zakat perorangan dengan cara mengundang para calon penerima. Mereka harus antri, hingga terkadang terjadi korban akibat berdesakan. Ada yang salah di sini. Penerima jadi terhina. Tampak aurat kemiskinannya di hadapan publik. Alangkah menawannya jika zakat mal (harta) itu langsung diberikan di rumah si penerima. Harga diri jadi terjaga. Tidak perlu terjadi korban. Muzakki (pemberi zakat) mendapat lapis-lapis pahala. Pahala karena menjaga perasaan penerima. Pahala berzakat. Pahala menciptakan oase ketentraman di tengah masyarakat. Pahala menghindari eksploitasi status dermawan yang tidak tepat.

Maka sebuah kebaikan haruslah dilakukan dengan adab yang baik. Agar tidak menimbulkan masalah dan mudharat. 

Penyebab Hilangnya Adab Bersedekah

Sedang amal yang dilakukan dengan cara buruk, adalah sebuah kecacatan di balik kebaikan. Kecacatan yang muara strukturalnya paling tidak ada empat, yaitu ada pada niat, atau alpa hakekat harta, atau buta proses terjadinya sedekah, atau minim pengharapan pahala.

Pertama, jika muara buruknya sedekah adalah niat kesombongan, maka seperti tersebut dalam kalam Rasulullah saw yang mulia,  “Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” Di samping dia mengabaikan kebenaran berupa perintah Allah untuk menyempurnakan cara bersedekah, juga meremehkan dan merendahkan orang lain. Dia merasa di atas, lebih tinggi dan lebih terhormat. Seakan pantas memperlakukan orang yang disedekahinya dengan tanpa etika.

Kedua, bila penyebab lunturnya etika bersedekah adalah persepsi terhadap harta yang terbalik, harusnya menganggap ringan tapi justru mengagungkan gemerlap dunia, maka dia akan berpandangan bahwa martabat manusia terletak pada kuantitas tumpukan pundi-pundi kekayaan. Peminta-minta berada jauh di bawah garis bermartabat sehingga layak untuk direndahkan. Sebuah persepsi yang kasat mata perlu diluruskan.

Ketiga, jika akar pengabaian norma sedekah adalah ketidaktahuan runtutan proses mata rantai sebuah amal, seseorang akan bersedekah dengan keyakinan bahwa harta itu murni miliknya. Dia penguasa uang itu, sehingga ketika memberi merasa layak berlaku seperti raja.

Padahal harusnya dia sadar ketika seseorang bersedekah, berarti telah terjadi dua proses utama di sini. Yaitu Allah memberi harta padanya dan menggerakkan hatinya untuk bersedia merogoh sakunya. Jika Allah tidak mengucurkan harta padanya, atau memberi tapi tidak menggerakkan niatnya bersedekah, maka tidak akan terjadi amal mulia itu.

Jika proses bersedekah diibaratkan sebagai mata rantai, maka ada mata rantai atas, tengah, dan bawah. Penyedekah itu terletak di tengah. Penerima ada di bawah. Allah sebagai pihak atas yang menjadikannya perantara sampainya uang pada penerima. Sekali lagi dia hanya sebagai perantara belaka.

Keempat, bila sumber penyimpangan cara bersedekah adalah lemahnya gelombang pengharapan terhadap pahala, dia akan melempar uang secara sesukanya. Tidak mau menyempurnakan cara terbaik ketika memberi, karena tidak memiliki kecakapan pemahaman tujuan bersedekah. Yaitu bahwa meringankan beban orang lain dengan harta itu mengantar pada mahkota pahala yang bernilai harganya.

Sungguh, jadi sebuah kerugian besar jika seseorang sudah mengeluarkan uang tapi mendapat peringatan Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) (QS. Al-Baqarah: 264)

Allahu a’lam bisshawab


           

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar