Adab bersedekah - Jika datang peminta-minta kepadamu, lalu engkau lemparkan sekoin
uang, itu adalah sedekah. Engkau lemparkan sambil tersenyum sinis merendahkan,
itu juga sedekah. Engkau berikan dengan menjulurkan tangan sopan, itu juga
bernama sama: sedekah. Meskipun sama-sama menyalurkan harta, tapi yakinlah semua
jenis itu berbeda hasilnya. Hasil terkait hubungan antar sesama manusia dan
kadar pahalanya.
Cara memberi yang pertama
dan kedua tadi memukul jatuh martabat manusia. Bahkan terkadang bisa
menciptakan permusuhan . Karena orang yang diberi terendahkan secara
psikologis. Pahala yang didapat dari Allah juga jadi tidak optimal, bahkan bisa
rusak sama sekali. Zat penghitung amal itu tidak menyukai penghinaan atas nama
kebaikan semacam ini.
Sedang cara ketiga itulah
yang terbaik. Memanusiakan manusia. Ada penghargaan martabat pada pihak yang diberi.
Status sosial tidak direndahkan. Produksi pahala juga mengalir deras karenanya.
Allah menyukai sebuah kebaikan yang disempurnakan pelaksanaannya.
Adab Bersedekah
Dari bermacam cara
sedekah tadi, nampak bahwa akar pohon pembeda
itu ada pada adabnya. Apakah menampilkan pesona adab bersedekah, ataukah justru
merusaknya. Meskipun memberi adalah kebaikan, tapi jika caranya tidak dipoles
dengan menawan, akan jadi buruk juga.
Di setiap menjelang
Idul Fitri, marak pembagian zakat perorangan dengan cara mengundang para calon penerima.
Mereka harus antri, hingga terkadang terjadi korban akibat berdesakan. Ada yang
salah di sini. Penerima jadi terhina. Tampak aurat kemiskinannya di hadapan
publik. Alangkah menawannya jika zakat mal (harta) itu langsung
diberikan di rumah si penerima. Harga diri jadi terjaga. Tidak perlu terjadi
korban. Muzakki (pemberi zakat) mendapat lapis-lapis pahala. Pahala
karena menjaga perasaan penerima. Pahala berzakat. Pahala menciptakan oase ketentraman
di tengah masyarakat. Pahala menghindari eksploitasi status dermawan yang tidak
tepat.
Maka sebuah kebaikan
haruslah dilakukan dengan adab yang baik. Agar tidak menimbulkan masalah dan mudharat.
Penyebab Hilangnya
Adab Bersedekah
Sedang amal yang
dilakukan dengan cara buruk, adalah sebuah kecacatan di balik kebaikan.
Kecacatan yang muara strukturalnya paling tidak ada empat, yaitu ada pada niat,
atau alpa hakekat harta, atau buta proses terjadinya sedekah, atau minim
pengharapan pahala.
Pertama, jika muara buruknya sedekah adalah niat kesombongan, maka seperti
tersebut dalam kalam Rasulullah saw yang mulia, “Sombong adalah menolak kebenaran dan
merendahkan manusia.” Di samping dia mengabaikan kebenaran berupa perintah
Allah untuk menyempurnakan cara bersedekah, juga meremehkan dan merendahkan
orang lain. Dia merasa di atas, lebih tinggi dan lebih terhormat. Seakan pantas
memperlakukan orang yang disedekahinya dengan tanpa etika.
Kedua, bila penyebab lunturnya etika bersedekah adalah persepsi terhadap
harta yang terbalik, harusnya menganggap ringan tapi justru mengagungkan
gemerlap dunia, maka dia akan berpandangan bahwa martabat manusia terletak pada
kuantitas tumpukan pundi-pundi kekayaan. Peminta-minta berada jauh di bawah
garis bermartabat sehingga layak untuk direndahkan. Sebuah persepsi yang kasat
mata perlu diluruskan.
Ketiga, jika akar pengabaian norma sedekah adalah ketidaktahuan runtutan proses
mata rantai sebuah amal, seseorang akan bersedekah dengan keyakinan bahwa harta
itu murni miliknya. Dia penguasa uang itu, sehingga ketika memberi merasa layak
berlaku seperti raja.
Padahal harusnya dia
sadar ketika seseorang bersedekah, berarti telah terjadi dua proses utama di
sini. Yaitu Allah memberi harta padanya dan menggerakkan hatinya untuk bersedia
merogoh sakunya. Jika Allah tidak mengucurkan harta padanya, atau memberi tapi
tidak menggerakkan niatnya bersedekah, maka tidak akan terjadi amal mulia itu.
Jika proses bersedekah
diibaratkan sebagai mata rantai, maka ada mata rantai atas, tengah, dan bawah.
Penyedekah itu terletak di tengah. Penerima ada di bawah. Allah sebagai pihak
atas yang menjadikannya perantara sampainya uang pada penerima. Sekali lagi dia
hanya sebagai perantara belaka.
Keempat, bila sumber penyimpangan cara bersedekah adalah lemahnya gelombang
pengharapan terhadap pahala, dia akan melempar uang secara sesukanya. Tidak mau
menyempurnakan cara terbaik ketika memberi, karena tidak memiliki kecakapan pemahaman
tujuan bersedekah. Yaitu bahwa meringankan beban orang lain dengan harta itu
mengantar pada mahkota pahala yang bernilai harganya.
Sungguh, jadi sebuah kerugian besar jika seseorang
sudah mengeluarkan uang tapi mendapat peringatan Allah, “Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) (QS. Al-Baqarah:
264)
Allahu a’lam bisshawab
Artikel Terkait
- Inilah 12 Keutamaan Sholat Dhuha Yang Membuat Anda Rugi Jika Meninggalkannya
- Inilah 5 Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi Pada Hari Jumat
- 18 Keutamaan Puasa Senin Kamis Ini Memukau Nalar
- Inilah 21 Keutamaan Membaca Al Quran Yang Bisa Merubah Kemalasan Anda Bertilawah
- 18 Keutamaan Shalat Tahajud Ini Akan Membuat Anda Tercengang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar