menjaga lisan - Hati-hati, sekecil daging lidah bisa melemparkan seluruh tubuh pemiliknya ke bara panggang neraka, atau sebaliknya mengantarkannya ke kesejukan surga.
Cara pemanfaatan lisan, itulah titik persimpangan jalan yang membuat
rentang jauh hasilnya. Jika lisan terjaga, tidak keluar darinya kecuali yang
baik-baik, maka akan mengujung ke surga; surga dunia maupun surga akhirat.
Surga dunia karena orang–orang di sekeliling yang mendengar kata-kata penuh
kebijakan dan kesantunan akan merasa temteram dengannya. Seorang ayah yang mendidik anaknya dengan
kalimat-kalimat lembut akan membuat suasana keluarga terasa sejuk. Bapak ketua RT bila menegur warganya memilih kata-kata yang bijak akan
membuat kehidupan masyarakatnya nyaman. Seorang Gubernur jika mengatur bawahan dan rakyatnya memakai bahasa yang
santun akan menjadikan semua orang lega. Tercipta
persaudaraan dan kedamaian.
Lisan yang baik menuntun ke surga akhirat karena kata-kata yang penuh
kebaikan adalah bagian dari unit-unit ibadah yang berbuah pahala. Lisan
yang selalu basah dengan zikir, terbiasa membaca al-Quran, memberi salam pada
tetangga, semua itu akan tercatat sebagai kebaikan di buku malaikat. Maka tidak
bijak jika meremehkan kalimat yang tergerak dari lidah ini.
Mari kita simak penjelasan Rasulullah saw yang diriwayatkan Sahl bin Sa’d radliyallahu anhu: “Barangsiapa yang dapat menjaga
lisan dan kemaluannya karenaku, maka aku akan menjamin surga untuknya”. (HR al-Bukhori)
Sebaliknya jika lisan diumbar kotor dan kasar
akan melemparkan pemiliknya ke siksa neraka. Yaitu neraka dunia dan neraka akhirat.
Neraka dunia karena kata-kata itu, sebagaimana peribahasa Arab, al-kalaamu yanfudzu maa laa tanfudzuhul ibaru (Perkataan
itu bisa menembus (hati) apa yang tidak bisa ditembus oleh jarum). Maka
kata-kata buruk akan menjadi lesatan panah beracun menembus dan melukai hati
pendengarnya. Menyulut bara amarah, ketidaksenangan orang
lain, permusuhan, dan dendam. Lihatlah di
sekeliling kita, maka akan kita dapati bahwa banyak kejadian pertengkaran dan pertikaian disebabkan oleh kondisi ini. Terlebih jika orang yang merasa
tersakiti itu membalas dengan kata-kata pedas, keadaan akan makin parah
membara.
Perkataan buruk melemparkan pemiliknya ke neraka akhirat karena kata-kata itu akan dicatat oleh malaikat berupa dosa. Inilah
pengawasan malaikat yang tidak pernah lengah memantau amal perbuatan manusia.
Sekecil apapun keburukan lisan akan tercatat rapi sebagai dosa. Dan dosa ini adalah saudara dekat azab neraka.
Ada baiknya kita pahami petunjuk Rasulullah saw ini, “Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak
dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang
dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cara menjaga lisan
Pondasi dari benteng kokoh penjagaan lisan adalah pengendalian. Yaitu memberi ruang bagi pikiran untuk mengambil perannya; menimbang kebaikan dan
keburukan dari kata-kata yang akan keluar
dari lisan. Kontrol diri ini tidak bisa diabaikan. Semarah apapun,
segenting apapun situasi, jika sang raja pikiran diberi kesempatan untuk
menimbang, kata-kata yang keluar akan terukur penuh kebaikan.
Seorang atasan
yang tengah kalap melihat cara kerja bawahannya yang amburadul akan cenderung
marah-marah. Keluarlah kata-kata yang memukul jiwa. Namun jika dia mau diam sejenak, mengendalikan emosi, memberi kesempatan pada pikiran untuk menimbang baru berbicara kemudian, akan bisa beda akhirnya.
Adapun roh dari pengendalian lisan adalah
kesabaran. Sebab manusia biasanya sangat mudah melepaskan lidahnya bergerak tanpa kontrol yang ketat. Terlebih jika sedang marah atau ingin menebarkan aib orang lain. Maka butuh kesabaran untuk mengendalikan diri.
Sungguh tidak ada yang bisa kita bantah dari perkataan Imam Syafii berikut
ini: "Apabila seseorang ingin berbicara,
hendaklah berpikir dulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah, dan jika dia ragu maka
janganlah dia berbicara hingga nampak maslahatnya."
Berkata baik atau diam
Atau jika cara di atas tidak bisa, yaitu diam beberapa detik mengendalikan
diri baru kemudian berbicara lagi, tetap membuat lisan ketika berbicara itu mengobral
kata tanpa bisa direm, ada baiknya memilih diam. Benar-benar diam menutup mulut
di waktu genting tersebut. Sangat sulit bagi setan untuk mengambil alih kendali
orang yang menenangkan diri ini. Diam itu mendatangkan rahmat dari Allah pada
kondisi seperti ini.
Ingatlah penjelasan Nabi saw, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam”(HR. Bukhari dan
Muslim)
Allahu a’lam bisshawaab
Artikel Terkait
- Inilah 12 Keutamaan Sholat Dhuha Yang Membuat Anda Rugi Jika Meninggalkannya
- Inilah 5 Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi Pada Hari Jumat
- 18 Keutamaan Puasa Senin Kamis Ini Memukau Nalar
- Inilah 21 Keutamaan Membaca Al Quran Yang Bisa Merubah Kemalasan Anda Bertilawah
- 18 Keutamaan Shalat Tahajud Ini Akan Membuat Anda Tercengang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar