Adakalanya orang tua tidak
tahu bagaimana cara mendidik anak yang baik. Harapan memiliki anak shalih
begitu besar, namun dalam perjalanan pola pengajarannya salah, sehingga
pertumbuhan anak jadi melenceng jauh dari yang diharapkan. Anak tumbuh jadi
pribadi nakal, suka berkelahi, bolos sekolah, atau bahkan pecandu narkoba.
Penekanan Pendidikan
1. Ajarkan Aqidah Sejak Dini
Sejak kecil anak harus
sudah mulai mengenal siapa yang menciptakannya, dan kepada siapa dia beribadah.
Hal inilah yang dicontohkan oleh para nabi dalam mendidik anak.
Allah berfirman
وَإِذْ
قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ
الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (Ingatlah)
ketika Lukman berkata pada anaknya, saat dia memberi pelajaran kepadanya,
“wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan
Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” (QS. Lukman: 13)
2. Ajarkan Kebiasaan Beribadah
Jika sejak awal anak
dibiasakan dengan amal-amal ibadah, maka kelak dia tidak akan merasa berat
untuk menjalankannya. Maka biasakan ajak anak ke masjid untuk shalat. Atau
biasakan anak untuk membaca al-quran, berdoa dan lain-lain.
Rasulullah saw bersabda,
“Ajarilah anak-anak kalian
untuk melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah pada usia sepuluh
tahun (jika tidak mau shalat)”
3. Tekankan Pendidikan Akhlak
Islam sangat menekankan
pada pendidikan akhlak. Dengan akhlak yang baik, anak akan dicintai Allah dan
disukai masyarakat. Maka orang tua harus memperhatikan perkembangan akhlak
anaknya.
Rasulullah saw bersabda
إِنَّ
مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Sesungguhnya sebaik-baik
diantara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Bukhari)
Di Lingkungan
Keluarga
1. Jadikan Keluarga Yang Islami
Di rumah, jelas orang tua adalah
pihak yang paling bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang Islami. Sering-sering
membaca al-Quran, membaca doa di setiap aktifitas (dibaca secara keras) agar
anak terbiasa dengan suasana religius tersebut. Segala keadaan islami itu akan
membekas di jiwa anak.
2. Hindari Bentakan dan Kata-Kata Kasar
Ada yang menarik dari kisah
Nabi Musa dan Harun ketika berbicara kepada Firaun. Meskipun telah jelas Firaun
adalah raja yang kasar dan sumber petaka bagi orang-orang yang beriman kepada
Allah, namun Nabi Musa dan Harun masih berbicara lemah lembut kepadanya. Dengan
harapan agar Firaun berubah sifatnya.
Allah menjelaskan dalam
firmannya
فَقُولَا
لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44)
“Maka keduanya (Nabi Musa
dan Harun) berkata kepadanya (Fir’aun) dengan perkataan yang lemah lembut,
semoga dia ingat dan takut (kepada Allah)” (QS. Thaha: 44)
Jika kepada orang yang
menjadi musuh saja masih diawali dengan perkataan baik, terlebih jika berbicara
kepada anak sendiri. Tidak layak jika menasehati dan mendidik anak dengan cara
yang kasar.
3. Berikan Teladan Yang Baik
Bencana terbesar bagi
perkembangan anak adalah jika terjadi krisis keteladanan. Melihat orang tua
sering bertengkar, suka berkata kasar, main tangan (suka memukul), tidak pernah
hadir di pengajian. Tidak ada yang bisa diteladani dari perilaku buruk orang
tuanya. Yang ada adalah kebencian dan permusuhan.
Jika hal ini terjadi,
berbusa-busa nasehat orang tua tidak akan didengar anak. Para ulama terkenal
dari berbagai disiplin ilmu keislaman, kebanyakan lahir dari keluarga shalih.
Orang tua sejak dini menjadi idola sang anak.
Rasulullah saw menjadi
orang yang nasehatnya didengar dan membekas di jiwa, adalah karena beliau
memang layak dijadikan teladan, baik bagi keluarganya maupun umat.
Allah berfirman
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ
وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)
“Sungguh telah ada pada
diri Rasulullah teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (perjumpaan) dengan hari akhir dan banyak
mengingat Allah.” (QS. Al ahzab: 21))
4. Berikan Kasih Sayang
Ada sebuah peristiwa yang
sangat menyedihkan. Ketika ujian Sekolah Dasar berlangsung, terdapat salah satu
soal dengan gambar seorang wanita memeluk anak kecilnya. Kemudian pertanyaan
dalam ujian tersebut adalah siapa wanita tersebut? Alternatif jawaban yang
tertera diantaranya adalah A. ibu, B. pembantu, dan C serta D pilihan yang
lain.
Tahukah apa jawaban lugu
anak-anak sekolah? Salah satu murid melingkari B. Pembantu. Rupanya selama ini dalam
benaknya timbul keyakinan orang yang dekat, sayang dan memperhatikan anak
adalah pembantu. Mungkin saja anak ini terbiasa ditinggal ibunya.
Bagaimanapun, orang tua
harus lengket dengan anak. Saat kecil menjadi teman bermainnya, saat besar jadi
teman curahan hatinya. Kedekatan orang tua dengan anak menyebabkan orang tua
jadi mudah memasukkan nilai-nilai Islam kepadanya. Entah dengan menceritakan
kisah-kisah orang shalih, maupun nasehat-nasehat yang bermanfaat. Keterpautan
hati akan menjadikan pembicaraan lebih bersifat personal, dari hati ke hati,
sehingga mudah diterima.
5. Didik Sesuai Usianya
Ada tiga fase yang dilalui
anak; tujuh tahun pertama, tujuh tahun kedua, dan tahun-tahun sesudahnya. Pada
masa tujuh tahun pertama, usia 0 hingga 7 tahun, adalah masa bermain anak. Maka
masukkan setiap pendidikan nilai islam ke dalam aktifitas bermainnya, atau buat
acara bermain yang islami. Ketika anak berhasil membuat rumah-rumahan, ajari
berucap hamdalah. Ajak anak menyusun huruf-huruf hijaiyah sesuai urutannya.
Atau ajak bermain shalat-shalatan.
Tujuh tahun kedua, adalah
masa mengajarkan kedisiplinan. Acara kegiatan telah terjadwal dalam setiap
harinya. Maka terapkan disiplin dan disiplin. Kapan waktu belajar, waktu
menghapal al-Quran, dan waktu shalat. Namun tentu saja berikan porsi yang cukup
untuk bermain, karena anak masih tidak bisa melepaskan acara bermainnya. Bukan
berarti orang tua jadi diktator nan kasar. Bangun pola perintah yang baik
sehingga anak jadi mudah menurut. Tidak mengapa sesekali berikan hadiah padanya
jika disiplin.
Masa ketiga, setelah empat
belas tahun anak mulai bisa berpikir secara logis dan sebentar lagi masuk ke
usia dewasa. Masa ini adalah masa pendampingan. Pendampingan untuk memecahkan
masalahnya, dunia belajarnya, dan bahkan mungkin harapan-harapan ke depannya.
Modelnya adalah komunikasi imbal balik antara orang tua dan anak. Yakinlah,
jika empat belas tahun terdahulu sudah ditanamkan nilai-nilai islam, maka di
tahun-tahun selanjutnya akan jadi lebih mudah. Karena pola pikir anak sudah
terbentuk menjadi pola pikir yang
islami.
6. Libatkan Anak Dalam Kegiatan Keluarga
Tujuannya untuk menanamkan
nilai-nilai kebaikan dan tanggung jawab di masa depan. Jika di rumah tersedia
kotak infak jatah santunan anak yatim, latih anak tiap hari untuk memasukkan
uang ke dalamnya. Jika sudah mampu, ajarkan anak untuk mencuci piring atau
menyapu ruang tamu. Agar terbiasa dengan aktifitas yang bermanfaat.
Suatu kesalahan apabila
orang tua membiarkan anak berbuat semaunya. Jadinya tidak memiliki tanggung
jawab terhadap kegiatan harian, dan tumbuh menjadi anak yang manja.
7. Jangan Bergantung Pada Pembantu
Orang tua jangan
menjadikan anaknya seolah-olah anak pembantu. Lebih dekat dengan pembantu,
sehingga anak banyak terpengaruh oleh didikan pembantu. Jika pembantu tersebut
faham nilai-nilai Islam masih baik, namun jika pembantu tidak jelas kemampuan
ilmu agamanya, akan menjadikan anak tidak mengenal Islam.
8. Hindari Bertengkar di Depan Anak
Jika orang tua terpaksa
bertengkar, hindarkan untuk terlihat di depan anak. Jiwa anak akan terguncang,
dan akan bisa berpengaruh pada perkembangan mentalnya. Bertengkar cukup di
dalam kamar atau tempat lain yang aman dari pendengaran dan pengelihatan anak.
9. Manfaatkan Media
Untuk menunjang suasana
Islami di rumah, manfaatkan media yang ada. Nyalakan televisi pada acara-acara
yang Islami. Nyalakan kaset murattal atau bacaan alquran. Buat perpustakaan
keluarga di rumah. Akrabkan anak dengan berbagai fasilitas yang Islami.
10. Bersikap Adil Terhadap Semua Anak
Jika orang tua punya anak
lebih dari satu, bersikaplah adil dalam memperlakukannya. Bukan berarti harus
sama rata jika memberikan sesuatu, tapi sesuaikan dengan proporsi yang
dibutuhkan. Jika tidak adil, anak akan berubah bandel dan menentang orang
tuanya.
Allah memerintahkan di
dalam al quran
اعْدِلُوا
هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Berbuat adillah kalian,
adil itu lebih dekat pada takwa” (QS. Al-Maidah:8)
Di Luar Rumah
1. Jaga Pergaulan Anak
Anak bisa rusak agama dan
akhlaknya jika bergaul dengan teman-teman yang tidak baik. Rasulullah saw
memberikan nasehat dengan perumpamaan
مَثَلُ
الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالجَلِيسِ السَّوْءِ، كَمَثَلِ صَاحِبِ المِسْكِ وَكِيرِ الحَدَّادِ،
لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ المِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ، وَكِيرُ
الحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ، أَوْ ثَوْبَكَ، أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Perumpamaan teman yang
baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual parfum dan pandai besi. Dari
penjual parfum engkau tidak akan luput dari membelinya atau mendapatkan bau
wanginya.dan dari pandai besi badanmu atau bajumu akan terkena percikan apinya
atau engkau mendapat bau yang tidak enak.” (HR. Bukhari)
Ibnu Hajar mengatakan, “Hadis
ini melarang untuk bergaul dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun
kehidupan dunia. Hadis ini juga memerintahkan untuk bergaul dengan orang yang
memberikan kemanfaatan agama dan dunia.”
Dalam hadis yang lain
disebutkan
الْمَرْءُ
عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu tergantung pada agama temannya, maka lihatlah salah seorang diantara kalian siapa yang menjadi temannya.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al- Albani)
Jangan biarkan anak
anda yang telah dididik di rumah dengan susah payah, jadi berubah akhalak dan
agamanya setelah salah dalam memilih pergaulannya.
2. Pilihkan Sekolah Yang Islami
Untuk pendidikan, pilihkanlah
sekolah yang Islami, dengan porsi pelajaran keagamaan yang mencukupi. Guru-guru
berakhlak, teman-teman yang baik, akan membentuk perilaku anak. Apalagi
sekarang ini telah menjamur sekolah penghapal al-Quran. Tidak ada salahnya
menempatkannya di sana.
Baca juga tentang kebutuhan perlengkapan sekolah ikat pinggang sekolah
Baca juga tentang kebutuhan perlengkapan sekolah ikat pinggang sekolah
3. Pantau Kegiatan Anak
Ketika keluar rumah, orang
tua harus tahu kegiatan anak. Jika sudah berlebihan dengan aktifitasnya, dan
mengarah pada kemaksiatan dan keburukan, segera nasehati. Berikan alternatif kegiatan
lain yang mendidik. Arahkan pada kegiatan yang berkaitan dengan keislaman.
Kalau game, ada game yang islami. Jika tontonan, juga terdapat acara televisi
yang islami.
Allahu a’lam bisshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar