Jumat, 15 Juli 2016

16 Cara Efektif Mendidik Anak Secara Islami



Adakalanya orang tua tidak tahu bagaimana cara mendidik anak yang baik. Harapan memiliki anak shalih begitu besar, namun dalam perjalanan pola pengajarannya salah, sehingga pertumbuhan anak jadi melenceng jauh dari yang diharapkan. Anak tumbuh jadi pribadi nakal, suka berkelahi, bolos sekolah, atau bahkan pecandu narkoba.

Kata-kata bijak mengatakan; gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan. Maka baiknya cari ilmu bagaimana cara mendidik anak secara Islami, agar bisa merencanakan pola pendidikan pada anak, yang berujung pada keberhasilan tujuan. Berikut di bawah ini diantara cara yang bisa dipertimbangkan

Penekanan Pendidikan

1.    Ajarkan Aqidah Sejak Dini

Sejak kecil anak harus sudah mulai mengenal siapa yang menciptakannya, dan kepada siapa dia beribadah. Hal inilah yang dicontohkan oleh para nabi dalam mendidik anak.

Allah berfirman

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Dan (Ingatlah) ketika Lukman berkata pada anaknya, saat dia memberi pelajaran kepadanya, “wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman yang besar.” (QS. Lukman: 13)

2.    Ajarkan Kebiasaan Beribadah

Jika sejak awal anak dibiasakan dengan amal-amal ibadah, maka kelak dia tidak akan merasa berat untuk menjalankannya. Maka biasakan ajak anak ke masjid untuk shalat. Atau biasakan anak untuk membaca al-quran, berdoa dan lain-lain.

Rasulullah saw bersabda,

“Ajarilah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat pada usia tujuh tahun, dan pukullah pada usia sepuluh tahun (jika tidak mau shalat)

3.    Tekankan Pendidikan Akhlak

Islam sangat menekankan pada pendidikan akhlak. Dengan akhlak yang baik, anak akan dicintai Allah dan disukai masyarakat. Maka orang tua harus memperhatikan perkembangan akhlak anaknya.

Rasulullah saw bersabda

إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاَقًا

“Sesungguhnya sebaik-baik diantara kalian adalah yang terbaik akhlaknya.” (HR. Bukhari)

Di Lingkungan Keluarga

1.    Jadikan Keluarga Yang Islami

Di rumah, jelas orang tua adalah pihak yang paling bertanggung jawab menciptakan lingkungan yang Islami. Sering-sering membaca al-Quran, membaca doa di setiap aktifitas (dibaca secara keras) agar anak terbiasa dengan suasana religius tersebut. Segala keadaan islami itu akan membekas di jiwa anak.

2.    Hindari Bentakan dan Kata-Kata Kasar

Ada yang menarik dari kisah Nabi Musa dan Harun ketika berbicara kepada Firaun. Meskipun telah jelas Firaun adalah raja yang kasar dan sumber petaka bagi orang-orang yang beriman kepada Allah, namun Nabi Musa dan Harun masih berbicara lemah lembut kepadanya. Dengan harapan agar Firaun berubah sifatnya.

Allah menjelaskan dalam firmannya

فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى (44)

“Maka keduanya (Nabi Musa dan Harun) berkata kepadanya (Fir’aun) dengan perkataan yang lemah lembut, semoga dia ingat dan takut (kepada Allah)” (QS. Thaha: 44)

Jika kepada orang yang menjadi musuh saja masih diawali dengan perkataan baik, terlebih jika berbicara kepada anak sendiri. Tidak layak jika menasehati dan mendidik anak dengan cara yang kasar.

3.    Berikan Teladan Yang Baik

Bencana terbesar bagi perkembangan anak adalah jika terjadi krisis keteladanan. Melihat orang tua sering bertengkar, suka berkata kasar, main tangan (suka memukul), tidak pernah hadir di pengajian. Tidak ada yang bisa diteladani dari perilaku buruk orang tuanya. Yang ada adalah kebencian dan permusuhan.

Jika hal ini terjadi, berbusa-busa nasehat orang tua tidak akan didengar anak. Para ulama terkenal dari berbagai disiplin ilmu keislaman, kebanyakan lahir dari keluarga shalih. Orang tua sejak dini menjadi idola sang anak.

Rasulullah saw menjadi orang yang nasehatnya didengar dan membekas di jiwa, adalah karena beliau memang layak dijadikan teladan, baik bagi keluarganya maupun umat.

Allah berfirman

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)

“Sungguh telah ada pada diri Rasulullah teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (perjumpaan) dengan hari akhir dan banyak mengingat  Allah.” (QS. Al ahzab: 21))

4.    Berikan Kasih Sayang

Ada sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan. Ketika ujian Sekolah Dasar berlangsung, terdapat salah satu soal dengan gambar seorang wanita memeluk anak kecilnya. Kemudian pertanyaan dalam ujian tersebut adalah siapa wanita tersebut? Alternatif jawaban yang tertera diantaranya adalah A. ibu, B. pembantu, dan C serta D pilihan yang lain.

Tahukah apa jawaban lugu anak-anak sekolah? Salah satu murid melingkari B. Pembantu. Rupanya selama ini dalam benaknya timbul keyakinan orang yang dekat, sayang dan memperhatikan anak adalah pembantu. Mungkin saja anak ini terbiasa ditinggal ibunya.

Bagaimanapun, orang tua harus lengket dengan anak. Saat kecil menjadi teman bermainnya, saat besar jadi teman curahan hatinya. Kedekatan orang tua dengan anak menyebabkan orang tua jadi mudah memasukkan nilai-nilai Islam kepadanya. Entah dengan menceritakan kisah-kisah orang shalih, maupun nasehat-nasehat yang bermanfaat. Keterpautan hati akan menjadikan pembicaraan lebih bersifat personal, dari hati ke hati, sehingga mudah diterima.

5.    Didik Sesuai Usianya

Ada tiga fase yang dilalui anak; tujuh tahun pertama, tujuh tahun kedua, dan tahun-tahun sesudahnya. Pada masa tujuh tahun pertama, usia 0 hingga 7 tahun, adalah masa bermain anak. Maka masukkan setiap pendidikan nilai islam ke dalam aktifitas bermainnya, atau buat acara bermain yang islami. Ketika anak berhasil membuat rumah-rumahan, ajari berucap hamdalah. Ajak anak menyusun huruf-huruf hijaiyah sesuai urutannya. Atau ajak bermain shalat-shalatan.

Tujuh tahun kedua, adalah masa mengajarkan kedisiplinan. Acara kegiatan telah terjadwal dalam setiap harinya. Maka terapkan disiplin dan disiplin. Kapan waktu belajar, waktu menghapal al-Quran, dan waktu shalat. Namun tentu saja berikan porsi yang cukup untuk bermain, karena anak masih tidak bisa melepaskan acara bermainnya. Bukan berarti orang tua jadi diktator nan kasar. Bangun pola perintah yang baik sehingga anak jadi mudah menurut. Tidak mengapa sesekali berikan hadiah padanya jika disiplin.

Masa ketiga, setelah empat belas tahun anak mulai bisa berpikir secara logis dan sebentar lagi masuk ke usia dewasa. Masa ini adalah masa pendampingan. Pendampingan untuk memecahkan masalahnya, dunia belajarnya, dan bahkan mungkin harapan-harapan ke depannya. Modelnya adalah komunikasi imbal balik antara orang tua dan anak. Yakinlah, jika empat belas tahun terdahulu sudah ditanamkan nilai-nilai islam, maka di tahun-tahun selanjutnya akan jadi lebih mudah. Karena pola pikir anak sudah terbentuk menjadi  pola pikir yang islami.

6.    Libatkan Anak Dalam Kegiatan Keluarga

Tujuannya untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan tanggung jawab di masa depan. Jika di rumah tersedia kotak infak jatah santunan anak yatim, latih anak tiap hari untuk memasukkan uang ke dalamnya. Jika sudah mampu, ajarkan anak untuk mencuci piring atau menyapu ruang tamu. Agar terbiasa dengan aktifitas yang bermanfaat.

Suatu kesalahan apabila orang tua membiarkan anak berbuat semaunya. Jadinya tidak memiliki tanggung jawab terhadap kegiatan harian, dan tumbuh menjadi anak yang manja.

7.    Jangan Bergantung Pada Pembantu

Orang tua jangan menjadikan anaknya seolah-olah anak pembantu. Lebih dekat dengan pembantu, sehingga anak banyak terpengaruh oleh didikan pembantu. Jika pembantu tersebut faham nilai-nilai Islam masih baik, namun jika pembantu tidak jelas kemampuan ilmu agamanya, akan menjadikan anak tidak mengenal Islam.

8.    Hindari Bertengkar di Depan Anak

Jika orang tua terpaksa bertengkar, hindarkan untuk terlihat di depan anak. Jiwa anak akan terguncang, dan akan bisa berpengaruh pada perkembangan mentalnya. Bertengkar cukup di dalam kamar atau tempat lain yang aman dari pendengaran dan pengelihatan anak.

9.    Manfaatkan Media

Untuk menunjang suasana Islami di rumah, manfaatkan media yang ada. Nyalakan televisi pada acara-acara yang Islami. Nyalakan kaset murattal atau bacaan alquran. Buat perpustakaan keluarga di rumah. Akrabkan anak dengan berbagai fasilitas yang Islami.

10. Bersikap Adil Terhadap Semua Anak

Jika orang tua punya anak lebih dari satu, bersikaplah adil dalam memperlakukannya. Bukan berarti harus sama rata jika memberikan sesuatu, tapi sesuaikan dengan proporsi yang dibutuhkan. Jika tidak adil, anak akan berubah bandel dan menentang orang tuanya.

Allah memerintahkan di dalam al quran

اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى

“Berbuat adillah kalian, adil itu lebih dekat pada takwa” (QS. Al-Maidah:8)

Di Luar Rumah

1.    Jaga Pergaulan Anak

Anak bisa rusak agama dan akhlaknya jika bergaul dengan teman-teman yang tidak baik. Rasulullah saw memberikan nasehat dengan perumpamaan

مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالجَلِيسِ السَّوْءِ، كَمَثَلِ صَاحِبِ المِسْكِ وَكِيرِ الحَدَّادِ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ المِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ، وَكِيرُ الحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ، أَوْ ثَوْبَكَ، أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual parfum dan pandai besi. Dari penjual parfum engkau tidak akan luput dari membelinya atau mendapatkan bau wanginya.dan dari pandai besi badanmu atau bajumu akan terkena percikan apinya atau engkau mendapat bau yang tidak enak.” (HR. Bukhari)

Ibnu Hajar mengatakan, “Hadis ini melarang untuk bergaul dengan orang-orang yang dapat merusak agama maupun kehidupan dunia. Hadis ini juga memerintahkan untuk bergaul dengan orang yang memberikan kemanfaatan agama dan dunia.”

Dalam hadis yang lain disebutkan

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ، فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ


“Seseorang itu tergantung pada agama temannya, maka lihatlah salah seorang diantara kalian siapa yang menjadi temannya.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud, dan dishahihkan oleh Al- Albani)

Jangan biarkan anak anda yang telah dididik di rumah dengan susah payah, jadi berubah akhalak dan agamanya setelah salah dalam memilih pergaulannya.

2.    Pilihkan Sekolah Yang Islami

Untuk pendidikan, pilihkanlah sekolah yang Islami, dengan porsi pelajaran keagamaan yang mencukupi. Guru-guru berakhlak, teman-teman yang baik, akan membentuk perilaku anak. Apalagi sekarang ini telah menjamur sekolah penghapal al-Quran. Tidak ada salahnya menempatkannya di sana.

Baca juga tentang kebutuhan perlengkapan sekolah ikat pinggang sekolah

3.    Pantau Kegiatan Anak

Ketika keluar rumah, orang tua harus tahu kegiatan anak. Jika sudah berlebihan dengan aktifitasnya, dan mengarah pada kemaksiatan dan keburukan, segera nasehati. Berikan alternatif kegiatan lain yang mendidik. Arahkan pada kegiatan yang berkaitan dengan keislaman. Kalau game, ada game yang islami. Jika tontonan, juga terdapat acara televisi yang islami.


Allahu a’lam bisshawab

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar